14 Mei 2012

BELAJAR dari BURUNG dan CACING

Sahabatku, marilah kita meluangkan waktu untuk bertafakur sejenak. Karena Rasulullah saw. Telah bersabda, “Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun.”
Marilah kita kaji pelajaran yang di berikan oleh burung dan cacing.
Seorang ulama besar mengatakan, bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.
Burung setiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa mengetahui di mana harus mendapatkannya. Karena itu, kadangkala sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang, kadangkala ia pulang dengan membawa oleh-oleh makanan untuk keluarganya; tetapi sering juga ia pulang ke sarangnya dengan perut yang masih keroncongan.
Meskipun burung tampaknya lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya ‘kantor’ yang tetap (apalagi setelah lahannya berubah menjadi real estate), namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha bunuh diri.
Kita tidak pernah melihat burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas; atau kita pun tidak pernah melihat ada burung yang sekonyong-konyong meluncurkan dirinya kedalam sungai! Nampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada di atas, lain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kekenyangan, lain waktu kelaparan
Sahabatku yang berbahagia, sekarang marilah kita lihat binatang yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Cacing seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk mencari makanannya. Cacing tidak mempunyai tangan, kaki, tanduk atau bahkan mungkin ia tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi cacing serupa dengan makhluk Tuhan yang lainnya, yaitu ia mempunyai perut yang bila tanpa di isi ia akan mati.
Kalau kita bandingkan dengan manusia, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih daripada yang dimiliki cacing. Tetapi mengapa manusia yang diciptakan oleh ALLAH paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk~Nya yang lain itu, banyak yang kalah hanya dengan seekor cacing. Manusia banyak yang bunuh diri akibat merasa kesulitan dalam mencari nafkah hidupnya, sementara kita tidak pernah melihat ada cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu!
Allah telah berfirman dalam A-Qur’an:
Apabila telah di tunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu dan carilah karunia Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung ( Al-Jumu’ah:10 )
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya…( Ath-Thalaq:3 )
Demikianlah note ini disampaikan, mudah-mudahan diwaktu kita terhimpit dalam kesusahan untuk mencari kebutuhan materi, kita tidak kalah dengan burung, apalagi oleh cacing !!!!! ^_^

http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/belajar-dari-burung-dan-cacing.html

"Tunggu Aku Di SurgaNya"

Syifa, seorang perempuan shaliha yang tak hanya sekedar cantik, perhiasan iman dan keshalihannya menghiasi setiap langkahnya. Syifa cukup terkenal dikalangan aktivis,bisa dibilang mobilitasnya lumayan tinggi. Syifa mulai memasuki sebuah fase yang sering dialami setiap wanita. Usianya memasuki angka duapuluh lima tahun,hatinya mulai dihiasi rasa rindu yang tak bisa diurai dengan logika.
Perlahan Syifa menyusun kepingan-kepingan keinginannya dan mengumpulkan segenap kekuatan. Ia menemui murabbinya.
“ Mbak Hasna, saya ingin menikah. Tolong carikan saya calon ya Mbak…”
“ InsyaAllah dik,, biodata dan foto adik sudah disiapkan?”
“ Sudah mbak, ini biodata saya..”
“ Oke, adik jangan lupa terus berdoa ya…”
Dengan wajah penuh semangat dan azzam yang kuat, Syifa melangkah meninggalkan rumah Hasna. Sejak itu ia tak pernah berhenti berdoa. Setiap malam ia semakin rajin berkhalwat dengan Rabbnya. Sujudnya semakin panjang menghiasi setiap shalatnya.
“ Ya Rabb, hamba menyerahkan semua padaMu. Engkaulah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba. Hamba hanya ingin seorang lelaki shalih. Yang kan mencintai hamba dengan kecintaanNya padaMu. Yang kan selalu membuat hamba iri dengan ketaatannya padaMu. Hamba ingin seorang lelaki shalih,, yang kan melepas hamba dengan ridha dan keikhlasannya ketika hamba berpulang kepadaMu.. “ Itulah sepenggal doa Syifa..
Hari berganti hari, belum ada kabar dari mbak Hasna. Disatu sisi Syifa gelisah, disatu sisi dia terus berusaha menenangkan dan menguatkan hatinya.


Baru beberapa ia menyerahkan biodatanya, sedangkan diluar sana mungkin ada yang telah menunggu bertahun-tahun. “Ah… harus tetap semangat..!” bisiknya dalam hati.
***
Di tempat lain, sesosok laki-laki shalih, sedang bermunajah di penghujung malam. Hatinya menangis pilu. Beberapa kali hatinya terluka, lamarannya beberapa kali ditolak. Sedangkan usia semakin menunjukkan angka yang semakin tua, belum lagi orangtua yang semakin iba melihatnya tak kunjung bersanding dengan bidadari. Keinginan untuk menikah pun tak bisa dibenddung lagi. Ia tak tahu harus berikhtiar apalagi. Ia hanya bisa mengadukan pada RabbNya, memohon segenap kekuatan dan semangat yang sempat padam.
“ Nak, bapak dan ibu selalu mendoakan kamu. Mungkin yang kemarin-kemarin memang belum yang terbaik buat kalu…”.
Ia, Ahmad, tak kuasa menahan haru ketika teringat ucapan ibunya. Sebagai seorang laki-laki, ia cukup ideal. Ia laki-laki yang shalih, mapan dan dari keluarga yang baik.
Suatu hati, ketika ia beranjak dari tempat duduknya, setelah mengikuti kajian yang diadakan IKADI, ada seorang sahabat menyapanya.
“ Assalammu’alaykum.. Ahmad, apa kabar?”
“ Wa’alaykumsalam, Adit, Alhamdulillah, aku baik. Kamu gimana Dit?”
“ Alhamdulillah, baik. Aku sekarang sudah hampir punya dua anak. Istriku sedang hamil anak yang kedua. Kamu gimana? Sudah menikah?”
Ahmad yang tadinya ceria menyambut sapaan Adit kini berubah sedih. Adit mengajaknya duduk dibawah pohon besar dekat masjid. Pohon rindang yang lumayan menyejukkan. Kemudian Ahmad menceritakan semua kegagalannya menjemput bidadarinya.
“ Ahmad, saudaraku, kamu harus tetep semangat. Aku yakin bidadarimu tidak jauh lagi. Oh iya, kebetulan, adik-adik istriku beberapa ada yang meminta tolong untuk dicarikan suami. Gimana kalo kamu aku bantuin nyari juga? Siapa tahu jodoh?”
“ Bener nih Dit? Kamu serius?”
“ Ya iya lah Mad, urusan begini gak boleh lah main-main.”
Tidak menunggu lama, beberapa hari kemudian Ahmad silaturahim ke rumah Adit. Adit adalah suami Hasna, guru ngaji Syifa. Adit dan Hasna memberikan beberapa amplop tertutup yang isinya biodata muslimah.

Ahmad mengambil satu dan kemudian ia istikharah. Tiga hari kemudian, Ahmad menyampaikan kemantapannya dengan muslimah yang pertama kali dia ambil biodatanya. Biodata yang menuliskan nama Syifa. Hasna pun menyampaikan kepada Syifa hingga proses ta’aruf pun terjadi.
***
Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Keluarga Syifa maupun Ahmad sangat bahagia dan sangat merestui keduanya untuk menikah. Pertemuan keluargapun digelar, kedua keluarga memilih untuk menggelar pernikahan yang sederhana. Semua keluarga terlibat mempersiapkan pernikahan mereka. Termasuk Hasna dan Adit, yang menjadi orang terdekat Syifa dan Ahmad.
Seperti sebuah mimpi yang akan menjadi kenyataan bagi Syifa dan Ahmad. Beberapa waktu lalu mereka masih dalam kegundahan, menanti siapakan belahan jiwa mereka. Beberapa waktu lalu semua masih terbungkus rahasia dan diselaputi misteri. Sekarang? Tak terasa sampai di dua hari menjelang pernikahan.
“ Astaghfirullah, undangan buat temen-temen di kampus ketinggalan…” gumam Syifa. Dengan secepat kilat Syifa bersiap-siap menuju kampusnya. Ia akan menyampaikan undangannya ke teman-teman rohisnya dikampus.
“ Mau kemana nduk? Kok buru-buru gitu?” tiba-tiba ibu menhampirinya.
“ Mau nganter undangan ke temen-temen di kampus Bu, ketinggalan gitu.”
“ Nitip ke teman kamu aja Nduk, siapa gitu, kamu jaga kondisi biar gak kecapekan, kan kemaren udah muter-muter..”
“ InsyaAllah gapapa Bu, sungkan kalo nitip-nitip gitu. Syifa berangkat dulu ya..”
Syifa akhirnya berangkat ke kampusnya naik angkot. Jam satu siang, udara kota Malang sedang panas-panasnya tapi Syifa masih bersemangat. Saat turun dari angkot, menuju gerbang kampusnya ia melihat seorang anak kecil yang lucu sekali. Mirip ketika ia masih kecil dulu, pipinya chubby dan imut. Anak kecil itu begitu aktif, namun tiba-tiba anak kecil itu terlepas dari genggaman ibunya yang sedang merespon sapaan seorang wanita. Anak itu berlarian. Syifa melihat sebuah sedan melaju cepat ke arah anak kecil itu. Reflek Syifa berlari dan mendorong anak itu… Braaaaaakkkk…..!!!
Syifa tertabrak,terlempar jauh, bermeter-meter. Tubuhnya terguling hebat. Suasana menjadi riuh, banyak orang berdatangan mengerumuni tubuh Syifa yang berlumuran darah. Syifa tak sadarkan diri. Ia dilarikan kerumah sakit terdekat. Kondisi Syifa semakin kritis. Dokter sedang berusaha menyelamatkannya . keluarganya mulai berdatangan, ibu, ayah, adik, kakak dan beberapa paman dan bibinya. Mereka tak bisa menahan isak tangis sedihnya.

Syifa masih koma, tak sadarkan diri. Ibunya mencoba untuk tegar, dipakaikannya jilbab pada putrinya yang shaliha. Ibu Syifa ingin putrinya tetap cantk dalam balutan jilbabnya, jilbab pink kesayangannya. Tak lama kemudian Ahmad dan kedua orangtuanya datang. Ibu Ahmad yang masuk ke ruang ICU, Ahmad dan bapaknya menunggu diluar. Ibu Ahmad tak sanggup menahan airmata pilunya, dia mencium kening calon menantunya yang tergeletak tak berdaya.Ahmad pun tak bisa menyembunyikan kesedihannya, dia lebih banyak diam.
***
Hari ini harusnya Syifa menjadi seorang pengantin. Syifa masih tergolek lemah di ruang ICU, sesekali ia merespon kehadiran orang-orang didekatnya dengan kedipan matanya yang sayu. Dengan hati perih, Ahmad memasuki ruang ICU ditemani ibunya. “ Ibu, Ahmad punya satu permintaan. Tolong ijinkan Ahmad menikah dengan Syifa sekarang ya Bu…” Entah seperti kenapa, ibu Ahmad yang terlanjur mencintai calon menantunya itu mengiyakan permintaan anaknya.
Setelah keinginan Ahmad disampaikan kepada semua keluarga. Pernikahan pun segera disiapkan. Ibunya Syifa dan Ibunya Ahmad mendandani Syifa hingga ia nampak begitu cantik dengan gaun pengantin yang sudah dipersiapkan untuk hari bahagianya.
Suasana begitu haru, ayah Syifa sendiri yang akan menikahkan putrinya dengan Ahmad. “ Saya nikahkan putrid saya Syifa Nur Putri Himawan binti Arief Himawan dengan engkau Ahmad Indrawan bin Husein dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai…” “ Saya terima nikahnya Syifa Nur Putri Himawan binti Arief HImawan dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai..” Dan raksi-saksi pun berkata, “Sah..!”. Doa barokahpun mengalir menyambut perjanjian suci dua hati.
Hanya ada Ahmad dan Syifa di ruang ICU, Ahmad menggenggam tangan Syifa, mencium kening istrinya dan mendoakannya. Syifa meresponnya dengan senyuman. Ahmad bahagia sekali. “ Dik Syifa, emm bolehkan aku panggil Dik Syifa? Aku senang sekali akhirnya kita berdua dipertemukan Allah. Dik Syifa bahagia kan? Oh iya, aku hafal Ar Rahman loh.. aku bacain buat kamu ya…” Ayat demi ayat surah Ar Rahman mengalun menghiasi suasana romantis dua hati yang sedang mensyukuri kebersamaan mereka. Mungkin terlihat seperti kebersamaan yang sepi, namun dua hati mereka sedang berdialog dengan cinta yang tak bisa terlukiskan oleh tinta. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Dan, ketika sampai di ayat yang terakhir, tangan Syifa menggenggam erat tangan Ahmad.
“ Dik Syifa mau bilang sesuatu?”, tanya Ahmad sembari mendekatkan telinganya. Namun tak terdengar apa-apa. Ahmad mencoba melihat gerak bibir istrinya yang terlihat lemah. “ Iya Syifa, aku insyaAllah ridho… sudah, syifa istirahat ya….” Syifa pun pelan-pelan kembali menggerakkan bibirnya, seakan mengucapkan sesuatu. Terdiam, pelan-pelan Syifa tersenyum dan menutup matanya untuk selamanya.


Ahmad tak kuasa menahan airmatanya. Istri yang dicintainya telah pergi. Ahmad teringat dengan sebuah hadist, istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi) “ Tunggu aku di surga ya Dik Syifa…“ ucap Ahmad dengan senyum dan airmata yang bersamaan.

http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/tunggu-aku-di-surganya.html

Dua Tahun Susu Ibu

"Waktu menyusukan anaklah waktu paling bahagia," Kak Afzan luahkan. Wajah bahagia seorang ibu muda jelas terpapar.
"Itulah saat bersama anak tanpa gangguan siapa pun," Kak Afzan menambah lagi.
Saya turut tersenyum mendengarkannya. Aura bahagia seorang ibu turut dirasa. Pelbagai topik kami bualkan. Sedikit pon tiada gangguan. Suasana dalam kapal terbang sunyi. Kebanyakan penumpang masih tidur nyenyak kepenatan.
Tiba Empat Jam Lebih Awal
Puas saya mengheret keempat-empat beg mencari penimbang di Lapangan Terbang Stansted. Semuanya gara-gara troli di lapangan terbang yang satu ini perlu dimasukkan duit satu pound!
Kesemua duit pound sudah saya habiskan. Sudahlah. Redah sahaja. Alhamdulillah tempat bas diberhentikan ke kawasan utama tidaklah sejauh mana. Alhamdulillah masih mampu dan berdaya.
Selepas hampir membuat satu pusingan lengkap tawaf lapangan terbang, saya gagal menemui penimbang beg. Lalu ke meja pertanyaan. Selepas mendapat panduan, segera menuju ke tempat yang dimaksudkan.
Cis, menimbang beg pon perlu bayar? Sungguh Lapangan Terbang Stansted ini tidak percuma. Dari troli hinggalah ke penimbang beg. Bayangkan, untuk menimbang empat beg, 5 pound perlu saya belanjakan. Sudahlah.
Resah tapi buat-buat tenang. Kepala ligat berfikir. Macam mana ini, harus ditimbang dahulu beg. Sekalipun sudah ditimbang di rumah. Mungkin ada ralat. Penerbangan tambang murah tidak sewenang-wenangnya membiarkan penumpang membawa lebihan muatan sesuka hati. Keempat-empat beg terus diheret. Akhirnya, saya duduk diam sahaja di kerusi menunggu berhadapan kaunter Air Asia. Dalam hati, tanpa henti. "Ya Allah, permudahkanlah".
Tanpa di sangka-sangka, mata tertumpu pada satu kaunter tanpa penjaga. Menarik! Kaunter terbuka, tapi tiada penjaga. Penimbang percuma! Setiap kaunter disediakan satu penimbang. Beg yang didaftarkan sebagaikan [I]Check-In Luggage[/I] perlu ditimbang dahulu dikaunter sebelum dibawa pergi. Alhamdulillah. Rezeki. Dua beg pertama diheret lalu ditimbang. Tidak lebih dari muatan maksimum 25kg yang dibayar dibenarkan. Alhamdulillah. Allah permudahkan urusan.
Dua Belas Jam Perjalanan
Selepas seketika, muka Melayu kelihatan. Sebuah keluarga muda. Seorang isteri dan suami, serta dua orang anak lelaki.
"Balik Malaysia?" spontan saya bertanya. Mungkin akibat kebosanan menunggu.
"Aah, balik buat visa sebagai pelajar," si isteri menjawab mesra. Itulah saat pertemuan bersama Kak Afzan sekeluarga. Pertemuan yang mengisi 12 jam seterusnya di atas kapal terbang. Penerbangan pertama 12 jam tanpa movie percuma.
Jam-jam pertama diisi dengan tidur. Masakan tidak, flight yang berlepas pada jam 1.25 pagi sudah cukup memenatkan. Sejurus take-off, masing-masing nyenyak tidur. Setidak-tidaknya saya. Lena sekali. Tetapi saya sedar, Kak Afzan disebelah tidak selena saya. Seorang ibu yang menyusukan anak sepenuhnya. Setiap 2 jam pasti terjaga. Selepas beberapa jam tidur tanpa sedar, akhirnya saya terjaga. Kak Afzan turut terjaga. Waktu biasa untuk solat subuh. Fitrah, badan terbangun dengan sendirinya.
Jelas kelihatan, Kak Afzan kepenatan. Imran, anak kedua yang baru berusia 10 bulan sudah cergas selepas bangun tidur.
Melihatkan si ibu yang masih mengantuk kepenatan lantaran mengorbankan kualiti tidurnya menyusukan anak, tanpa berfikir panjang saya menawarkan untuk menjaga Imran. Andai duduk di kerusi melayan kerenahnya, pasti tidak menjadi. Saya meminta izin membawa Imran tawaf kapal terbang. Memberi peluang pada si ibu tidur selena-lenanya walaupun seketika. Kak Afzan turutkan sahaja.
Imran si kecil yang cukup comel lagi sihat badannya tidak banyak kerenah. Sepanjang mendukung Imran melihat pelbagai aksi para penumpang serta pramugari, sekali pun dia tidak menangis. Budak baik. Alhamdulillah. Jika tidak, panik juga. Sesekali saya lihat Kak Afzan dari jauh. Andai dia sudah terjaga dan mencari-cari anaknya.
Muka Imran makin monyok. Bosan barangkali. Suasana kapal terbang yang gelap lagi sunyi. Kebanyakkan penumpang masih tidur lena. Sesekali terdapat pergerakan manusia yang menarik perhatiannya. Selepas hampir satu jam setengah, Kak Afzan terjaga. Reaksi pertama seorang ibu, tercari-cari dimanakah anaknya. Saya tidak menipu. Reaksi ini jelas walaupun saya hanya melihat dari belakang. Cepat-cepat saya bawakan Imran kepada ibunya. Tambahan pula, muka Imran sudah monyok kebosanan. Andai ditangguh, takut mengundang bencana!
Imran seronok kembali ke pangkuan ibunya. Fuh, memang lenguh. Lenguh tangan mendukung. Jangan banyak merungut. [I]Practice makes perfect[/I].
"Walaupun tidur sekejap, tapi rasa sangat [I]fresh[/I]," Kak Afzan berkongsi rasa.
Alhamdulillah.
Perbualan Bermula
"Akak menyusukan anak-anak sepenuhnya?" saya bertanya penuh minat. Tidak sekalipun saya lihat Kak Afzan mengeluarkan botol susu dari beg galasnya.
"Aah, kedua-dua anak akak susukan sepenuhnya. Bermula dengan Farish, kini Imran pula," Kak Afzan menjawab.
Wah menarik!
"Lebih mudah. Tak perlu membancuh susu," ujarnya lagi sambil tersenyum.
Topik susu ibu terus dibualkan. Inilah masanya untuk saya menguji ingatan. Bertanyakan kembali maklumat-maklumat yang sempat saya pahat dalam kotak memori semasa kelas breastfeeding yang dikendalikan oleh Kak Rin beberapa minggu yang lalu.
Minggu-minggu semasa masih di bumi Nottingham.
Kelas Breasfeeding
Muka masing-masing serius. Masing-masing terlopong walaupun tidak secara fizikal. Ilmu baru. Pengalaman baru. Walaupun belum mempunyai anak hatta belum berumahtangga, kami berlima tidak melepaskan peluang untuk belajar sesuatu yang baru. Belajar untuk masa depan. Setidak-tidaknya berkongsi dengan mereka yang memerlukan. Khusyuk mendengarkan pembentangan Kak Rin. Diselang-selikan dengan pertanyaan demi pertanyaan daripada kami berlima.
"Kita buat kelaslah minggu depan. Alang-alang Kak Rin dah nak balik Malaysia juga," Kak Rin memberikan cadangan semasa makan-makan di rumah Kak Fida sempena kepulangnya tidak lama lagi.
"Baguslah, you all muda-muda sudah dapat pendedahan. Dapat ilmu. InsyaAllah mudah di kemudian hari. Tidak macam Kak Rin dulu. That is why akak nak dengan kamu sekarang," Kak Rin menambah lagi.
Terharu dengan semangat yang Kak Rin tunjukkan. Seorang ibu yang bekerja sepenuh masa bersama Petronas, dalam masa yang sama part-time breastfeeding motivator di Ampang Puteri, kini berkongsi ilmu serta pengalamannya secara percuma kepada adik-adik undergraduate di Nottingham. Alhamdulillah, Allah sempatkan serta aturkan walaupun disaat-saat minggu terakhir saya di sana.
"Untuk menyusukan anak sepenuhnya, tiga perkara yang paling penting. Pertama, sokongan daripada keluarga. Terutama sekali suami. Diikuti ibu sendiri mahupun ibu mertua yang menjaga semasa berpantang misalnya. Kedua, penting untuk mempunyai [B]ilmu[/B]. Ketiga, kamu perlu kuat semangat," serius Kak Rin ingatkan kami.
Memang bukan kerja mudah. Mudah sahaja putus asa. Cabaran lebih hebat buat wanita bekerja di luar rumah seperti dirinya.
"Sebelum bersalin lagi kamu perlu sudah mempersiapkan mental untuk menyusukan anak yang bakal lahir sepenuhnya," Kak Rin menceritakan satu persatu mengikut turutan sebelum bersalin, semasa bersalin, selepas bersalin dan semasa si ibu bekerja di luar rumah kelak.
"Mula membaca dan tambah ilmu tentang breastfeeding," Kak Rin menambah lagi.
"Sejurus selepas bersalin, anak-anak perlu terus disusukan. Semasa itulah colostrum atau dikenali sebagai Immune Milk dapat disalurkan kepada bayi baru lahir," penceritaan beralih pula kepada fasa semasa bersalin.
"Semasa anak yang pertama, pengalaman menyusukan anak cukup menyakitkan. Mungkin kerana teknik yang salah. Mungkin juga kerana itu adalah yang pertama kali. Breast membengkak lagi menyakitkan. Kadangkala sehingfa berdarah," berkerut-kerut muka kami mendengarkannya. Biar benar?
"Saat itulah TLC amat diperlukan. Support daripada suami. Juga ada cara untuk mengubatinya dengan menggunakan krim sapu. Penting untuk kita tidak patah semangat. Andai kita berputus asa lalu menggantikan susu badan dengan susu botol lantaran kesakitan. Alamatnya, si bayi tidak lagi berminat pada susu badan. Beralih kepada susu botol yang lebih banyak mengandungi kandungan gula tiruan," panjang lebar ibu yang sudah mempunyai empat orang cahaya mata ini menerangkan.
"TLC tu apa?" sahabat disebelah mengangkat tangan bertanya. Saya juga tidak tahu apa kebendanya TLC itu. Syukur orang disebelah bertanya dahulu. Hehe.
"Tender, love and care. Memang amat diperlukan semasa kita down akibat perubahan hormon serta menanggung kesakitan pertama kali menyusukan anak. Apabila sudah beberapa bulan seterusnya, insyaAllah tidak lagi sakit," pernyataan Kak Rin melegakan kami.
"Apabila sudah bekerja kelak, ketika itulah kamu memerlukan breastpump," Kak Rin menunjukkan segala macam alatan kepada kami. Susu badan perlu di pump untuk diberikan kepada anak semasa ibu bekerja berjauhan dengan anak.
Masa terbaik untuk pump susu adalah semasa menyusukan anak. Sebelah untuk menyusukan anak, sebelah lagi dipump. Maklumat ini turut disahkan oleh Kak Afzan semasa perbualan di atas kapal terbang.
MasyaAllah!
Kebijasaan Allah Yang Maha Mencipta
"Setiap berapa jam ibu akan menyusukan anaknya?" giliran saya bertanya kepada Kak Rin.
"Setiap anak berbeza-beza. Tetapi secara kebiasaanya, anak perlu disusukan setiap dua jam. Menariknya, si ibu akan dapat mengenal pasti apabila tiba saatnya untuk si anak menyusu. Walaupun ketika itu si ibu sedang bekerja di luar rumah," Kak Rin menjawab.
"Breast akan terasa kembung dan seolah berdenyut-denyut ketika masanya tiba. Ketika itulah cepat-cepat si ibu perlu mendapatkan anak lalu disusukan sekalipun si anak masih sedang tidur. Andai ibu sedang bekerja di luar rumah, jangan menangguh-nangguh. Cepat-cepat pump susu tersebut. Andai tidak pump, mendatangkan sakit pula," Kak Rin menambah lagi.
MasyaAllah, hebatnya ciptaan Allah! Sudahlah Allah menciptakan susu ibu itu terbaik kandungan khasiatnya buat anak. Masa menyusu turut Allah aturkan begitu cantik sekali.
"Setiap dua jam? Pasti penat kan kak?" saya bertanya mendapatkan kepastian.
"Ya, setiap dua jam. Bayi lelaki lebih hebat, kadangkala menyusu hampir selama satu jam bagi setiap dua jam. Tapi selalunya, bayi akan menyusu selama 15 minit ke 30 minit untuk setiap kali. Penat? Sebab itulah kamu perlu tahu teknik merehatkan diri semasa menyusukan bayi," ujar Kak Rin. Diikuti sesi menunjukkan teknik menyusukan bayi dalam 3 posisi, ketika duduk diatas kerusi, duduk di atas tilam serta semasa baring.
Teknik perlu betul untuk menyusukan bayi baru lahir. Silap cara, bayi boleh meninggal dunia akibat kelemasan tidak dapat bernafas kerana hidungnya tertutup. Pernah terjadi apabila si ibu terlena semasa menyusukan anaknya.
"Andai caranya betul, kamu akan dapat berehat sambil menyusukan anak. Mengelakkan sakit belakang. Bahkan itulah saat yang bahagia. Mengeratkan hubungan dengan anak-anak," Kak Rin pandai bermain psikologi.
Sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Bijaksana. Tiada siapa dapat nafikan bahawa susu ibu adalah yang terbaik. Bahkan, selama enam bulan pertama, bayi hanya diberikan susu ibu tanpa makanan lain. Jimat belanja. Tidak perlu beli susu tepung pula. MasyaAllah.
Tidak perlu juga berjaga malam untuk membancuhkan susu. Andai berjalan kemana-mana, juga tidak perlu bersusah-susah membancuh susu. Jauh lebih melecehkan berbanding menyusukan badan yang hanya perlu mencari tempat yang sesuai semasa menyusukan.
"Jangan bimbang susu tidak cukup. There is no such thing!" Kak Rin menegaskan.
"Susu badan itu sentiasa cukup. Susu badan akan sentiasa ada berdasarkan keperluan. Berdasarkan demand. Selagi kita menyusukan anak, selagi itu susu akan terus-terusan dihasilkan," Kak Rin menjelaskan.
Hebat sungguh Allah.
"Cumanya, susu jadi kering, apabila si ibu berhenti daripada menyusukan bayi. Andai si ibu sendiri yang tidak susukan, maka susu tidak akan dihasilkanlah," ujarnya lagi.
"Sekalipun anda merupakan suri rumah, anda tetap memerlukan [I]breastpump[/I]. Susu yang siap di pump perlu dimasukkan ke dalam botol. Pastikan, setiap hari si ayah akan memberikan susu ibu dalam botol kepada bayi. Ketika itulah si ayah dapat membina hubungan dengan bayi," Kak Rin mencadangkan.
Bijak!
"Cumanya, ketika memberikan susu ibu dalam botol kepada bayi, elakkan si ibu yang memberikannya. Bimbang wujud kekeliruan. Bayi akan keliru antara puting botol serta puting ibu," fakta yang luar biasa dikongsi lagi oleh Kak Rin.
"Sekalipun si ayah yang menyusukan bayi dari botol, si ibu perlu duduk jauh-jauh kerana mereka dapat menghidu bau ibu," Kak Rin menambah fakta luar biasa.
MasyaAllah, sungguh hebat ikatan seorang anak dan seorang ibu. Sehingga ke tahap itu. Luar biasa.
Kelas berlansung selama satu jam setengah itu akhirnya berakhir. Namun, perjalanan buat kami berlima masih belum bermula secara peribadi. Tapi sudah bermula dengan dikongsikan bersama. Salah satunya melalui tulisan ini.
Tiba 25 Minit Lebih Awal
Penerbangan kali ini akan tiba 25 minit lebih awal. Selain topik susu ibu, bermacam-macam topik yang sempat kami bualkan. Ternyata Kak Afzan cukup mudah didekati lagi mesra. Seorang ibu yang pernah bekerja bersama Petronas, kemudian beralih arah membuat multi level marketing (MLM) dan kini bahagia serta gembira dengan apa yang sedang beliau usahakan; dalam proses menyudahkan PHD untuk terus mengajar di UPSI apabila tamat nanti. Tanjung Malim cukup sempurna buat dirinya yang ingin jauh dari kesesakan kota insyaAllah.
Penerbangan selama 12 jam tanpa movie percuma lebih bahagia kali ini. Lebih bermakna. Penerbangan 12 jam yang terakhir buat setakat ini.
Saat-saat terakhir di atas kapal terbang bertemankan Kak Afzan diselang-selikan sesi mendengar luahan rasa serta berkongsi cerita. Sempat sahaja saya berkongsi cerita buku di tangan, tulisan Andrea Hirata. Lalu filem Laskar Pelangi amat saya syorkan buat Kak Afzan mesti tonton. Ternyata, bakal pendidik ini [I]excited[/I] untuk menontonnya. Mendengar sinopsis lebih kurang daripada saya sudah menitiskan air matanya. Tunggulah sehingga beliau menonton filemnya sendiri. Ceritakan pada saya pengalamannya.
Ternyata Kak Afzan turut berminat untuk mendalami ilmu rumah tangga. Ilmu menjadi isteri serta ibu. Tanpa berfikir panjang, buku-buku terbaru Ustaz Zaharuddin khusus buat wanita serta wanita bekerja di luar rumah turut saya kongsikan. Juga blog isteri ustaz yang sarat dengan panduan buat para isteri serta ibu. Buku-buku motivasi kekeluargaan Ustaz Hasrizal serta Ustaz Pahrol juga saya catatkan dalam bukunya. Penuh satu muka A5 dimuatkan dengan judul buku serta alamat blog selain alamat Facebook serta ID Yahoo Messenger untuk meneruskan hubungan kelak.
Biarpun saya masih belum berumahtangga, redah sahaja. Inilah masanya untuk berkongsi. Manfaat buat orang lain.
Buat Anak Muda
Benarlah, andai sedang bercinta. Andai ingin berumah tangga, fikirlah sehingga ke lampin bayi. Persiapkan diri.
Mtngkin ada yang merasakan terlalu awal. Mungkin. Namun, apabila tiba masanya kelak, tiada siapa dapat mengelak. Maka, fikirlah dengan bijaksana.
Setiap perkara yang dinyatakan dalam Al-Quran itu adalah perkara yang PALING ADIL. Berulang-ulang kali Sister Fullah ingatkan.
Maka, 2 tahun menyusukan anak itu termasuk dalam perkara paling adil yang perlu ibu tunaikan buat anak-anaknya.

http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/dua-tahun-susu-ibu.html

Cara Alam menghibur kita...

Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik datang membakar hari.
Sebalkah anda?
Atau mungkin kita pernah terburu-buru menfejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah.
Sebalkah anda?


Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan
“ketidakmujuran”?
Sadari saja, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri. Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut, tak apalah …


http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/cara-alam-menghibur-kita.html

Daun Dan Ulat Hijau

Telah 2 musim hujan berlalu sehingga di mana-mana tampak pepohonan menghijau.
Keliatan seekor ulat di antara dedaunan yg menghijau bergoyang-goyang di terpa angin.
ulat: “Apa kabar daun hijau” katanya …..
Tersentak daun hijau menoleh kearah suara yg datang.
daun: “Ohh…kamu ulat , badanmu keliatan kurus dan kecil…mengapa ?” tanya daun hijau.
ulat: “Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku , bisakah engkau membantuku sahabat ?”.
daun: “Tentu….tentu, dekatlah kemari”
Daun hijau berpikir,
“Jika aku memberikan sedikit saja daunku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau .
Hanya saja aku akan keliatan berlobang-lobang…tapi tak apalah .”
Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju ke daun hijau.
Setelah makan dengan kenyang ulat berterima kasih kepada daun hijau


yg telah merelakan sebagian tubuhnya menjadi makanan si ulat.
Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yg penuh kasih dan pengorbanan itu ,
ada rasa puas di dalam diri daun hijau .
Sekali pun tubuhnya kini berlobang di sana sini
namun ia bahagia dapat melakukan sesuatu bagi ulat kecil yg lapar.
Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna .
Akhirnya ia jatuh ketanah di sapu orang dan dibakar .
Apa yg berarti di kehidupan kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama ?
Nahh……
Akhirnya semua yg ada akan mati bagi sesamanya yg tidak menutup mata ketika sesamanya dalam kesukaran. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak meminta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak melupakan kepentingan diri sendiri . Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi orang lain memang tidak mudah, tetapi indah.
Ketika berkorban diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yg berlobang namun sebenarnya itu tidak mempengaruhi kehidupan kita, kita akan tetap hijau
Nahhh...sekarang tinggal pilih,mau jadi ulat atau daun...???


http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/daun-dan-ulat-hijau.html