18 Mei 2012

Mencari kesempurnaan

Ini kisah perjumpaan dua orang sahabat yang sudah puluhan tahunterpisahkan hidupnya.
 Mereka kangen-kangenan, ngobrol ramai sambil minum kopi disebuah cafe. Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal-soal nostalgia zaman sekolah dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini. “Ngomong-ngomong, mengapa sampai sekarang kamu belum juga menikah ?” ujar seorang kepada temannya yang sampai sekarang membujang. “Sejujurnya sampai saat ini saya terus mencari wanita yang sempurna. Itulah sebabnya saya masih melajang. Dulu saya berjumpa dengan seorang gadis cantik yang amat pintar. Saya pikir ini adalah wanita ideal yang cocok untuk menjadi istriku. Namun ternyata dimasa pacaran ketahuan bahwa ia sangat sombong. Hubungan kami putus sampai di situ. ” “Suatu saat, saya ketemu seorang wanita rupawan yang ramah dan dermawan. Pada perjumpaan pertama, aku kasmaran. Hatiku berdesir kencang, inilah wanita idealku. Namun ternyata belakangan saya ketahui, ia banyak tingkah dan tidak bertanggung jawab. ” “Saya terus berupaya mencari namun selalu saya temukan kelemahan dan kekurangan pada wanita yang saya taksir. Sampai pada suatu hari, saya bersua wanita ideal yang selama ini saya dambakan. Ia demikian cantik, pintar, baik hati, dermawan, dan suka humor. Saya pikir, inilah pendamping hidup yang dikirim Tuhan. ” “Lantas, ” sergah temannya yang dari tadi tekun mendengarkan, “Apa yang terjadi? Mengapa kau tidak segera meminangnya ?” Yang ditanya diam sejenak suasana hening. Akhirnya dengan suara lirih, sang bujangan menjawab, “Baru belakangan aku ketahui bahwa ia juga sedang mencari pria yang sempurna. ” Adakah yang sempurna?
Siapa?


http://banypurnama.blogspot.com/2012/05/mencari-kesempurnaan.html

Hikmah dari semangkuk mie

Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya.Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah ntanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan,ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang. Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi ?” “Ya, tetapi, aku tidak membawa uang ” jawab Ana dengan malu-malu. “Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu ” jawab si pemilik kedai. “Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu ”. Tidak lama kemudian,pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa nona ?” tanya si pemilik kedai. “Tidak apa-apa ” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya. “Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !
 Tetapi … ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri ” katanya kepada pemilik kedai. Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang lalu berkata: “Nona, mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya. ” Ana terhenyak mendengar hal tsb. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?
 Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal , aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
 Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya. Ana segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang kerumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana, kau sudah pulang. Cepat masuklah, Ibu telah menyiapkan makan malam.
 Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan dingin jika kau tidak memakannya sekarang ” Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukan ibunya. Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita..


http://banypurnama.blogspot.com/2012/05/hikmah-dari-semangkuk-mie.html

Amal ikhlas,sedikit tapi mencukupi..

Ibnu Mubarak menceritakan bahwa Khalid bin Ma ’dan RA berkata kepada Muadz RA,
 Mohon diceritakan hadits Rasulullah yang engkau hafal dan yang engkau anggap paling berkesan. Hadits manakah menurut Tuan ?” Jawab Muadz : “Baiklah, akan aku ceritakan. ” Selanjutnya, sebelum bercerita, beliau menangis. Kemudian kata beliau : “Ehm, rindu sekali aku dengan Rasulullah, rasa-rasanya ingin segera bertemu. ” Kata beliau selanjutnya: “Tatkala aku menghadap Rasulullah, beliau menunggang unta dan menyuruhku agar naik di belakang beliau. Kemudian berangkatlah kami dengan kendaraan itu. Selanjutnya beliau menengadah kelangit dan bersabda: “Puji syukur kehadirat Allah yang berkehendak atas makhluknya, ya Muadz!” Jawabku: “Ya, Sayyidul Mursalin. ” Kata beliau selanjutnya: “Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu. Apabila engkau hafalkan, akan sangat berguna bagimu. Tetapi jika kau anggap remeh, maka kelak di hadapan Allah engkau tidak mempunyai hujjah. ”
“Hai Muadz! Sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah menciptakan tujuh malaikat. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintu dan setiap pintu langit dijaga oleh seorang malaikat, menurut derajat pintu dan keagungannya. ” “Dengan demikian, malaikatlah yang memelihara amal si hamba. Kemudian sang pencatatm membawa amalan si hamba ke langit dengan kemilau cahaya bak matahari. ” “Sesampainya pada langit tingkat pertama, malaikat Hafadzah memuji amalan-amalan itu. Tetapi setibanya pada pintu langit pertama, malaikat penjaga pintu berkata pada malaikat Hafadzah : “Tamparkan amal ini ke muka pemiliknya. Aku adalah penjaga orang-orang yang suka MENGUMPAT . Aku diperintahkan agar menolak amalan orang yang suka mengumpat. Untuk mencapai langit berikutnya aku tidak mengizinkan ia melewatiku. ” Keesokan harinya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal shalih yang berkilau, yang menurut malaikat Hafadzah sangat banyak dan terpuji. Sesampainya ke langit kedua (ia lolos dari langit pertama, sebab pemiliknya bukan pengumpat), penjaga langit kedua berkata : “Berhenti, dan tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Sebab ia beramal dengan MENGHARAP DUNIA. Allah memerintahkan aku agar amalan itu tidak sampai ke langit berikutnya. ” Maka para malaikat melaknat orang itu. Hari berikutnya, kembali malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amalan seorang hamba yang sangat memuaskan, penuh sedekah, puasa, dan berbagai kebaikan, yang oleh malaikat Hafadzah dianggap sangat mulia dan terpuji. Sesampainya di langit ketiga, malaikat penjaga berkata: “Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku malaikat menjaga KIBR (SOMBONG). Allah memerintahkan aku agar amalan semacam ini tidak melewati pintuku dan tidak sampai ke langit berikutnya. Itu karena salahnya sendiri, ia takabbur di dalam majlis. ” Singkatnya, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal hamba lainnya. Amalan itu bersifat bak bintang kejora, mengeluarkan suara gemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, ibadah haji, dan umrah. Sesampainya di langit keempat, malaikat penjaga langit berkata : “Berhenti! Tamparkan amal itu ke wajah pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga UJUB . Allah memerintahkan ku agar amal ini tidak melewatiku. Sebab amalnya selalu disertai ujub. Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal hamba yang lain. Amalan itu sangat baik dan mulia, jihad, haji, umrah, sehingga berkilauan bak matahari. Sesampainya pada langit kelima malaikat penjaga mengatakan : “Aku malaikat penjaga sifat HASAD . Meskipun amalannya bagus, tetapi ia suka iri dengki dengan orang lain yang mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT, berarti ia membenci yang meridhoi, yakni Allah. Aku diperintahkan Allah agar amalan semacam ini tidak melewati pintuku. ” Lagi, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal seorang hamba. Ia membawa amalan berupa wudhu yang sempurna,shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah.
 Sesampainya di langit keenam, malaikat penjaga berkata : “Aku malaikat penjaga Rahmat. Amal yang kelihatan bagus ini tamparkan ke mukanya. Selama hidup ia tidak pernah mengasihi orang lain, bahkan apabila ada orang ditimpa musibah ia merasa senang. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku, dan agar tidak sampai ke langit berikutnya. ” Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit. Dan kali ini adalah langit ke tujuh. Ia membawa amalan yang tidak kalah baik dari yang lalu. Seperti sedekah, puasa, shalat, jihad, dan wara ’. Suaranya pun menggeledek bagaikan petir menyambar- nyambar, bercahaya bak kilat. Tetapi sesampainya di langit ke tujuh, malaikatpenjaga berkata : “Aku malaikat penjaga SUM’AH (sifat ingin terkenal). Sesungguhnya pemilik amal ini menginginkan keteneran dalam setiap perkumpulan, menginginkan derajat tinggi di kala berkumpul dengan kawan sebaya, ingin dapat pengearuh dari para pemimpin. Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku dan sampai kepada yang lain. Sebab ibadah yang tidak karena Allah adalah RIYA ’. Allah tidak menerima ibadah orang-orang riya ’. Kemudian malaikat Hafadzah membawa amalan berupa shalat, puasa, haji, umrah, akhlaq mulia, pendiam, suka berdzikir kepada Allah. Dengan diiringi para malaikat, malaikat Hafadzah sampai kelangit ketujuh hingga menembus hijab-hijab dan sampailah di hadapan Allah SWT. Para malaikat berdiri didepan Allah. Semua malaikat menyaksikan amal ibadah itu shahih dan diikhlashkan karena Allah. Kemuadian Allah berfirman : “Hai Hafadzah, malaikat pencatat amal hamba-Ku, Aku lah Yang Mengetahui isi hatinya. Ia beramal bukan untuk Aku, tetapi diperuntukkan bagi selain Aku, bukan diniatkan dan diikhlashkan untuk Ku. Aku lebih mengetahui dari pada kalian. Aku laknat mereka yang telah menipu orang lain dan juga menipu kalian (para malaikat Hafadzah). Tetapi Aku tidak tertipu olehnya. ” “Aku lah Yang Maha Mengetahui hal-hal ghaib. Aku Mengetahuisegala isi hatinya, dan yang samar tidaklah samar bagi Ku. Setiap yang tersembunyi tidak tersembunyi bagi Ku. Pengetahuan Ku atas segala yang telah lewat sama dengan yang akan datang. Pengetahuan Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan Pengetahuan Ku atas orang-orang kemudian ”. “Aku lebih mengetahui atas segala sesuatu yang samar dan rahasia. Bagaimana bisa hamba Ku menipu dengan amalnya. Bisa mereka menipu sesama makhluk, tetapi Aku Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Aku tetap melaknatnya. ” Tujuh malaikat di antara tiga ribu malaikat berkata : “Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka. ” Kemudian semua yang berada di langit mengucapkan: : “Tetaplah laknat Allah kepadanya, dan laknat orang yang melaknat. ” Sayyidina Muadz (yang meriwayatkan hadits ini) kemudian menangis tersedu-sedu. Selanjutnya berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang baru engkau ceritakan itu ?” Jawab Rasulullah : “Hai Muadz, ikutilah Nabimu dalam masalah keyakinan. ” Tanyaku lagi : “Engkau adalah Rasulullah, sedang aku hanyalah Muadz bin Jabal. Bagaimana aku bisa selamat dan terlepas dari bahaya tersebut ?” Bersabda Rasulullah : “Memang begitulah, bila ada kelengahan dalam amal ibadahmu, maka
"JAGALAH MULUTMU JANGAN SAMPAI MENJELEKAN ORANG LAIN, TERUTAMA KEPADA SESAMA ULAMA. INGATLAH DIRI SENDIRI TATKALA HENDAK MENJELEKAN ORANG LAIN, SEHINGGA SADAR BAHWA DIRIMU PUN PENUH AIB. JANGAN MENUTUPI KEKURANGAN DAN KESALAHANMU DENGAN MENJELEKAN ORANG LAIN. JANGAN MENGORBITKAN DIRI DENGAN MENEKANKAN DAN MENJATUHKAN ORANG LAIN. JANGAN RIYA ’ DALAM BERAMAL, DAN JANGAN MEMENTINGKAN DUNIA DENGAN MENGABAIKAN AKHIRAT. JANGAN BERSIKAP KASAR DI DALAM MAJLIS AGAR ORANG TAKUT DENGAN KEBURUKAN AKHLAKMU. JANGAN SUKA MENGUNGKIT-UNGKIT KEBAIKAN. DAN JANGAN MENGHANCURKAN PRIBADI ORANG LAIN, KELAK ENGKAU AKAN DIROBEK-ROBEK DAN DIHANCURKAN OLEH ANJING JAHANNAM , sebagaimana firman Allah : “…dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut,….” (An Naziat : 2) Tanyaku selanjutnya, “Ya Rasulullah, siapa yang bakal kuat menanggung penderitaan berat itu ?”
Jawab Rasulullah saw :“Muadz yang aku ceritakan tadi akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah. Engkau harus mencintai orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu.
 Dan bencilah terhadap apa yang engkau benci. Jika demikian engkau selamat .” Khalid bin Ma ’dan RA meriwayatkan : “Sayyidina Muadz sering membaca hadits ini seperti seringnya membaca Al Quran, dan mempelajari hadits ini sebagaimana mempelajari
 Al Quran di dalam majlis. ” (lihat Kitab Al Ittihaf halaman 226 jilid VIII, Khalid adalah seorang yang terpercaya dan “bid” berasal dari Syam Siria).

http://islamzone.tk/index.php?id=395

14 Mei 2012

BELAJAR dari BURUNG dan CACING

Sahabatku, marilah kita meluangkan waktu untuk bertafakur sejenak. Karena Rasulullah saw. Telah bersabda, “Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun.”
Marilah kita kaji pelajaran yang di berikan oleh burung dan cacing.
Seorang ulama besar mengatakan, bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.
Burung setiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa mengetahui di mana harus mendapatkannya. Karena itu, kadangkala sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang, kadangkala ia pulang dengan membawa oleh-oleh makanan untuk keluarganya; tetapi sering juga ia pulang ke sarangnya dengan perut yang masih keroncongan.
Meskipun burung tampaknya lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya ‘kantor’ yang tetap (apalagi setelah lahannya berubah menjadi real estate), namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha bunuh diri.
Kita tidak pernah melihat burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas; atau kita pun tidak pernah melihat ada burung yang sekonyong-konyong meluncurkan dirinya kedalam sungai! Nampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada di atas, lain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kekenyangan, lain waktu kelaparan
Sahabatku yang berbahagia, sekarang marilah kita lihat binatang yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Cacing seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk mencari makanannya. Cacing tidak mempunyai tangan, kaki, tanduk atau bahkan mungkin ia tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi cacing serupa dengan makhluk Tuhan yang lainnya, yaitu ia mempunyai perut yang bila tanpa di isi ia akan mati.
Kalau kita bandingkan dengan manusia, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih daripada yang dimiliki cacing. Tetapi mengapa manusia yang diciptakan oleh ALLAH paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk~Nya yang lain itu, banyak yang kalah hanya dengan seekor cacing. Manusia banyak yang bunuh diri akibat merasa kesulitan dalam mencari nafkah hidupnya, sementara kita tidak pernah melihat ada cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu!
Allah telah berfirman dalam A-Qur’an:
Apabila telah di tunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu dan carilah karunia Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung ( Al-Jumu’ah:10 )
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya…( Ath-Thalaq:3 )
Demikianlah note ini disampaikan, mudah-mudahan diwaktu kita terhimpit dalam kesusahan untuk mencari kebutuhan materi, kita tidak kalah dengan burung, apalagi oleh cacing !!!!! ^_^

http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/belajar-dari-burung-dan-cacing.html

"Tunggu Aku Di SurgaNya"

Syifa, seorang perempuan shaliha yang tak hanya sekedar cantik, perhiasan iman dan keshalihannya menghiasi setiap langkahnya. Syifa cukup terkenal dikalangan aktivis,bisa dibilang mobilitasnya lumayan tinggi. Syifa mulai memasuki sebuah fase yang sering dialami setiap wanita. Usianya memasuki angka duapuluh lima tahun,hatinya mulai dihiasi rasa rindu yang tak bisa diurai dengan logika.
Perlahan Syifa menyusun kepingan-kepingan keinginannya dan mengumpulkan segenap kekuatan. Ia menemui murabbinya.
“ Mbak Hasna, saya ingin menikah. Tolong carikan saya calon ya Mbak…”
“ InsyaAllah dik,, biodata dan foto adik sudah disiapkan?”
“ Sudah mbak, ini biodata saya..”
“ Oke, adik jangan lupa terus berdoa ya…”
Dengan wajah penuh semangat dan azzam yang kuat, Syifa melangkah meninggalkan rumah Hasna. Sejak itu ia tak pernah berhenti berdoa. Setiap malam ia semakin rajin berkhalwat dengan Rabbnya. Sujudnya semakin panjang menghiasi setiap shalatnya.
“ Ya Rabb, hamba menyerahkan semua padaMu. Engkaulah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba. Hamba hanya ingin seorang lelaki shalih. Yang kan mencintai hamba dengan kecintaanNya padaMu. Yang kan selalu membuat hamba iri dengan ketaatannya padaMu. Hamba ingin seorang lelaki shalih,, yang kan melepas hamba dengan ridha dan keikhlasannya ketika hamba berpulang kepadaMu.. “ Itulah sepenggal doa Syifa..
Hari berganti hari, belum ada kabar dari mbak Hasna. Disatu sisi Syifa gelisah, disatu sisi dia terus berusaha menenangkan dan menguatkan hatinya.


Baru beberapa ia menyerahkan biodatanya, sedangkan diluar sana mungkin ada yang telah menunggu bertahun-tahun. “Ah… harus tetap semangat..!” bisiknya dalam hati.
***
Di tempat lain, sesosok laki-laki shalih, sedang bermunajah di penghujung malam. Hatinya menangis pilu. Beberapa kali hatinya terluka, lamarannya beberapa kali ditolak. Sedangkan usia semakin menunjukkan angka yang semakin tua, belum lagi orangtua yang semakin iba melihatnya tak kunjung bersanding dengan bidadari. Keinginan untuk menikah pun tak bisa dibenddung lagi. Ia tak tahu harus berikhtiar apalagi. Ia hanya bisa mengadukan pada RabbNya, memohon segenap kekuatan dan semangat yang sempat padam.
“ Nak, bapak dan ibu selalu mendoakan kamu. Mungkin yang kemarin-kemarin memang belum yang terbaik buat kalu…”.
Ia, Ahmad, tak kuasa menahan haru ketika teringat ucapan ibunya. Sebagai seorang laki-laki, ia cukup ideal. Ia laki-laki yang shalih, mapan dan dari keluarga yang baik.
Suatu hati, ketika ia beranjak dari tempat duduknya, setelah mengikuti kajian yang diadakan IKADI, ada seorang sahabat menyapanya.
“ Assalammu’alaykum.. Ahmad, apa kabar?”
“ Wa’alaykumsalam, Adit, Alhamdulillah, aku baik. Kamu gimana Dit?”
“ Alhamdulillah, baik. Aku sekarang sudah hampir punya dua anak. Istriku sedang hamil anak yang kedua. Kamu gimana? Sudah menikah?”
Ahmad yang tadinya ceria menyambut sapaan Adit kini berubah sedih. Adit mengajaknya duduk dibawah pohon besar dekat masjid. Pohon rindang yang lumayan menyejukkan. Kemudian Ahmad menceritakan semua kegagalannya menjemput bidadarinya.
“ Ahmad, saudaraku, kamu harus tetep semangat. Aku yakin bidadarimu tidak jauh lagi. Oh iya, kebetulan, adik-adik istriku beberapa ada yang meminta tolong untuk dicarikan suami. Gimana kalo kamu aku bantuin nyari juga? Siapa tahu jodoh?”
“ Bener nih Dit? Kamu serius?”
“ Ya iya lah Mad, urusan begini gak boleh lah main-main.”
Tidak menunggu lama, beberapa hari kemudian Ahmad silaturahim ke rumah Adit. Adit adalah suami Hasna, guru ngaji Syifa. Adit dan Hasna memberikan beberapa amplop tertutup yang isinya biodata muslimah.

Ahmad mengambil satu dan kemudian ia istikharah. Tiga hari kemudian, Ahmad menyampaikan kemantapannya dengan muslimah yang pertama kali dia ambil biodatanya. Biodata yang menuliskan nama Syifa. Hasna pun menyampaikan kepada Syifa hingga proses ta’aruf pun terjadi.
***
Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Keluarga Syifa maupun Ahmad sangat bahagia dan sangat merestui keduanya untuk menikah. Pertemuan keluargapun digelar, kedua keluarga memilih untuk menggelar pernikahan yang sederhana. Semua keluarga terlibat mempersiapkan pernikahan mereka. Termasuk Hasna dan Adit, yang menjadi orang terdekat Syifa dan Ahmad.
Seperti sebuah mimpi yang akan menjadi kenyataan bagi Syifa dan Ahmad. Beberapa waktu lalu mereka masih dalam kegundahan, menanti siapakan belahan jiwa mereka. Beberapa waktu lalu semua masih terbungkus rahasia dan diselaputi misteri. Sekarang? Tak terasa sampai di dua hari menjelang pernikahan.
“ Astaghfirullah, undangan buat temen-temen di kampus ketinggalan…” gumam Syifa. Dengan secepat kilat Syifa bersiap-siap menuju kampusnya. Ia akan menyampaikan undangannya ke teman-teman rohisnya dikampus.
“ Mau kemana nduk? Kok buru-buru gitu?” tiba-tiba ibu menhampirinya.
“ Mau nganter undangan ke temen-temen di kampus Bu, ketinggalan gitu.”
“ Nitip ke teman kamu aja Nduk, siapa gitu, kamu jaga kondisi biar gak kecapekan, kan kemaren udah muter-muter..”
“ InsyaAllah gapapa Bu, sungkan kalo nitip-nitip gitu. Syifa berangkat dulu ya..”
Syifa akhirnya berangkat ke kampusnya naik angkot. Jam satu siang, udara kota Malang sedang panas-panasnya tapi Syifa masih bersemangat. Saat turun dari angkot, menuju gerbang kampusnya ia melihat seorang anak kecil yang lucu sekali. Mirip ketika ia masih kecil dulu, pipinya chubby dan imut. Anak kecil itu begitu aktif, namun tiba-tiba anak kecil itu terlepas dari genggaman ibunya yang sedang merespon sapaan seorang wanita. Anak itu berlarian. Syifa melihat sebuah sedan melaju cepat ke arah anak kecil itu. Reflek Syifa berlari dan mendorong anak itu… Braaaaaakkkk…..!!!
Syifa tertabrak,terlempar jauh, bermeter-meter. Tubuhnya terguling hebat. Suasana menjadi riuh, banyak orang berdatangan mengerumuni tubuh Syifa yang berlumuran darah. Syifa tak sadarkan diri. Ia dilarikan kerumah sakit terdekat. Kondisi Syifa semakin kritis. Dokter sedang berusaha menyelamatkannya . keluarganya mulai berdatangan, ibu, ayah, adik, kakak dan beberapa paman dan bibinya. Mereka tak bisa menahan isak tangis sedihnya.

Syifa masih koma, tak sadarkan diri. Ibunya mencoba untuk tegar, dipakaikannya jilbab pada putrinya yang shaliha. Ibu Syifa ingin putrinya tetap cantk dalam balutan jilbabnya, jilbab pink kesayangannya. Tak lama kemudian Ahmad dan kedua orangtuanya datang. Ibu Ahmad yang masuk ke ruang ICU, Ahmad dan bapaknya menunggu diluar. Ibu Ahmad tak sanggup menahan airmata pilunya, dia mencium kening calon menantunya yang tergeletak tak berdaya.Ahmad pun tak bisa menyembunyikan kesedihannya, dia lebih banyak diam.
***
Hari ini harusnya Syifa menjadi seorang pengantin. Syifa masih tergolek lemah di ruang ICU, sesekali ia merespon kehadiran orang-orang didekatnya dengan kedipan matanya yang sayu. Dengan hati perih, Ahmad memasuki ruang ICU ditemani ibunya. “ Ibu, Ahmad punya satu permintaan. Tolong ijinkan Ahmad menikah dengan Syifa sekarang ya Bu…” Entah seperti kenapa, ibu Ahmad yang terlanjur mencintai calon menantunya itu mengiyakan permintaan anaknya.
Setelah keinginan Ahmad disampaikan kepada semua keluarga. Pernikahan pun segera disiapkan. Ibunya Syifa dan Ibunya Ahmad mendandani Syifa hingga ia nampak begitu cantik dengan gaun pengantin yang sudah dipersiapkan untuk hari bahagianya.
Suasana begitu haru, ayah Syifa sendiri yang akan menikahkan putrinya dengan Ahmad. “ Saya nikahkan putrid saya Syifa Nur Putri Himawan binti Arief Himawan dengan engkau Ahmad Indrawan bin Husein dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai…” “ Saya terima nikahnya Syifa Nur Putri Himawan binti Arief HImawan dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai..” Dan raksi-saksi pun berkata, “Sah..!”. Doa barokahpun mengalir menyambut perjanjian suci dua hati.
Hanya ada Ahmad dan Syifa di ruang ICU, Ahmad menggenggam tangan Syifa, mencium kening istrinya dan mendoakannya. Syifa meresponnya dengan senyuman. Ahmad bahagia sekali. “ Dik Syifa, emm bolehkan aku panggil Dik Syifa? Aku senang sekali akhirnya kita berdua dipertemukan Allah. Dik Syifa bahagia kan? Oh iya, aku hafal Ar Rahman loh.. aku bacain buat kamu ya…” Ayat demi ayat surah Ar Rahman mengalun menghiasi suasana romantis dua hati yang sedang mensyukuri kebersamaan mereka. Mungkin terlihat seperti kebersamaan yang sepi, namun dua hati mereka sedang berdialog dengan cinta yang tak bisa terlukiskan oleh tinta. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Dan, ketika sampai di ayat yang terakhir, tangan Syifa menggenggam erat tangan Ahmad.
“ Dik Syifa mau bilang sesuatu?”, tanya Ahmad sembari mendekatkan telinganya. Namun tak terdengar apa-apa. Ahmad mencoba melihat gerak bibir istrinya yang terlihat lemah. “ Iya Syifa, aku insyaAllah ridho… sudah, syifa istirahat ya….” Syifa pun pelan-pelan kembali menggerakkan bibirnya, seakan mengucapkan sesuatu. Terdiam, pelan-pelan Syifa tersenyum dan menutup matanya untuk selamanya.


Ahmad tak kuasa menahan airmatanya. Istri yang dicintainya telah pergi. Ahmad teringat dengan sebuah hadist, istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi) “ Tunggu aku di surga ya Dik Syifa…“ ucap Ahmad dengan senyum dan airmata yang bersamaan.

http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/tunggu-aku-di-surganya.html

Dua Tahun Susu Ibu

"Waktu menyusukan anaklah waktu paling bahagia," Kak Afzan luahkan. Wajah bahagia seorang ibu muda jelas terpapar.
"Itulah saat bersama anak tanpa gangguan siapa pun," Kak Afzan menambah lagi.
Saya turut tersenyum mendengarkannya. Aura bahagia seorang ibu turut dirasa. Pelbagai topik kami bualkan. Sedikit pon tiada gangguan. Suasana dalam kapal terbang sunyi. Kebanyakan penumpang masih tidur nyenyak kepenatan.
Tiba Empat Jam Lebih Awal
Puas saya mengheret keempat-empat beg mencari penimbang di Lapangan Terbang Stansted. Semuanya gara-gara troli di lapangan terbang yang satu ini perlu dimasukkan duit satu pound!
Kesemua duit pound sudah saya habiskan. Sudahlah. Redah sahaja. Alhamdulillah tempat bas diberhentikan ke kawasan utama tidaklah sejauh mana. Alhamdulillah masih mampu dan berdaya.
Selepas hampir membuat satu pusingan lengkap tawaf lapangan terbang, saya gagal menemui penimbang beg. Lalu ke meja pertanyaan. Selepas mendapat panduan, segera menuju ke tempat yang dimaksudkan.
Cis, menimbang beg pon perlu bayar? Sungguh Lapangan Terbang Stansted ini tidak percuma. Dari troli hinggalah ke penimbang beg. Bayangkan, untuk menimbang empat beg, 5 pound perlu saya belanjakan. Sudahlah.
Resah tapi buat-buat tenang. Kepala ligat berfikir. Macam mana ini, harus ditimbang dahulu beg. Sekalipun sudah ditimbang di rumah. Mungkin ada ralat. Penerbangan tambang murah tidak sewenang-wenangnya membiarkan penumpang membawa lebihan muatan sesuka hati. Keempat-empat beg terus diheret. Akhirnya, saya duduk diam sahaja di kerusi menunggu berhadapan kaunter Air Asia. Dalam hati, tanpa henti. "Ya Allah, permudahkanlah".
Tanpa di sangka-sangka, mata tertumpu pada satu kaunter tanpa penjaga. Menarik! Kaunter terbuka, tapi tiada penjaga. Penimbang percuma! Setiap kaunter disediakan satu penimbang. Beg yang didaftarkan sebagaikan [I]Check-In Luggage[/I] perlu ditimbang dahulu dikaunter sebelum dibawa pergi. Alhamdulillah. Rezeki. Dua beg pertama diheret lalu ditimbang. Tidak lebih dari muatan maksimum 25kg yang dibayar dibenarkan. Alhamdulillah. Allah permudahkan urusan.
Dua Belas Jam Perjalanan
Selepas seketika, muka Melayu kelihatan. Sebuah keluarga muda. Seorang isteri dan suami, serta dua orang anak lelaki.
"Balik Malaysia?" spontan saya bertanya. Mungkin akibat kebosanan menunggu.
"Aah, balik buat visa sebagai pelajar," si isteri menjawab mesra. Itulah saat pertemuan bersama Kak Afzan sekeluarga. Pertemuan yang mengisi 12 jam seterusnya di atas kapal terbang. Penerbangan pertama 12 jam tanpa movie percuma.
Jam-jam pertama diisi dengan tidur. Masakan tidak, flight yang berlepas pada jam 1.25 pagi sudah cukup memenatkan. Sejurus take-off, masing-masing nyenyak tidur. Setidak-tidaknya saya. Lena sekali. Tetapi saya sedar, Kak Afzan disebelah tidak selena saya. Seorang ibu yang menyusukan anak sepenuhnya. Setiap 2 jam pasti terjaga. Selepas beberapa jam tidur tanpa sedar, akhirnya saya terjaga. Kak Afzan turut terjaga. Waktu biasa untuk solat subuh. Fitrah, badan terbangun dengan sendirinya.
Jelas kelihatan, Kak Afzan kepenatan. Imran, anak kedua yang baru berusia 10 bulan sudah cergas selepas bangun tidur.
Melihatkan si ibu yang masih mengantuk kepenatan lantaran mengorbankan kualiti tidurnya menyusukan anak, tanpa berfikir panjang saya menawarkan untuk menjaga Imran. Andai duduk di kerusi melayan kerenahnya, pasti tidak menjadi. Saya meminta izin membawa Imran tawaf kapal terbang. Memberi peluang pada si ibu tidur selena-lenanya walaupun seketika. Kak Afzan turutkan sahaja.
Imran si kecil yang cukup comel lagi sihat badannya tidak banyak kerenah. Sepanjang mendukung Imran melihat pelbagai aksi para penumpang serta pramugari, sekali pun dia tidak menangis. Budak baik. Alhamdulillah. Jika tidak, panik juga. Sesekali saya lihat Kak Afzan dari jauh. Andai dia sudah terjaga dan mencari-cari anaknya.
Muka Imran makin monyok. Bosan barangkali. Suasana kapal terbang yang gelap lagi sunyi. Kebanyakkan penumpang masih tidur lena. Sesekali terdapat pergerakan manusia yang menarik perhatiannya. Selepas hampir satu jam setengah, Kak Afzan terjaga. Reaksi pertama seorang ibu, tercari-cari dimanakah anaknya. Saya tidak menipu. Reaksi ini jelas walaupun saya hanya melihat dari belakang. Cepat-cepat saya bawakan Imran kepada ibunya. Tambahan pula, muka Imran sudah monyok kebosanan. Andai ditangguh, takut mengundang bencana!
Imran seronok kembali ke pangkuan ibunya. Fuh, memang lenguh. Lenguh tangan mendukung. Jangan banyak merungut. [I]Practice makes perfect[/I].
"Walaupun tidur sekejap, tapi rasa sangat [I]fresh[/I]," Kak Afzan berkongsi rasa.
Alhamdulillah.
Perbualan Bermula
"Akak menyusukan anak-anak sepenuhnya?" saya bertanya penuh minat. Tidak sekalipun saya lihat Kak Afzan mengeluarkan botol susu dari beg galasnya.
"Aah, kedua-dua anak akak susukan sepenuhnya. Bermula dengan Farish, kini Imran pula," Kak Afzan menjawab.
Wah menarik!
"Lebih mudah. Tak perlu membancuh susu," ujarnya lagi sambil tersenyum.
Topik susu ibu terus dibualkan. Inilah masanya untuk saya menguji ingatan. Bertanyakan kembali maklumat-maklumat yang sempat saya pahat dalam kotak memori semasa kelas breastfeeding yang dikendalikan oleh Kak Rin beberapa minggu yang lalu.
Minggu-minggu semasa masih di bumi Nottingham.
Kelas Breasfeeding
Muka masing-masing serius. Masing-masing terlopong walaupun tidak secara fizikal. Ilmu baru. Pengalaman baru. Walaupun belum mempunyai anak hatta belum berumahtangga, kami berlima tidak melepaskan peluang untuk belajar sesuatu yang baru. Belajar untuk masa depan. Setidak-tidaknya berkongsi dengan mereka yang memerlukan. Khusyuk mendengarkan pembentangan Kak Rin. Diselang-selikan dengan pertanyaan demi pertanyaan daripada kami berlima.
"Kita buat kelaslah minggu depan. Alang-alang Kak Rin dah nak balik Malaysia juga," Kak Rin memberikan cadangan semasa makan-makan di rumah Kak Fida sempena kepulangnya tidak lama lagi.
"Baguslah, you all muda-muda sudah dapat pendedahan. Dapat ilmu. InsyaAllah mudah di kemudian hari. Tidak macam Kak Rin dulu. That is why akak nak dengan kamu sekarang," Kak Rin menambah lagi.
Terharu dengan semangat yang Kak Rin tunjukkan. Seorang ibu yang bekerja sepenuh masa bersama Petronas, dalam masa yang sama part-time breastfeeding motivator di Ampang Puteri, kini berkongsi ilmu serta pengalamannya secara percuma kepada adik-adik undergraduate di Nottingham. Alhamdulillah, Allah sempatkan serta aturkan walaupun disaat-saat minggu terakhir saya di sana.
"Untuk menyusukan anak sepenuhnya, tiga perkara yang paling penting. Pertama, sokongan daripada keluarga. Terutama sekali suami. Diikuti ibu sendiri mahupun ibu mertua yang menjaga semasa berpantang misalnya. Kedua, penting untuk mempunyai [B]ilmu[/B]. Ketiga, kamu perlu kuat semangat," serius Kak Rin ingatkan kami.
Memang bukan kerja mudah. Mudah sahaja putus asa. Cabaran lebih hebat buat wanita bekerja di luar rumah seperti dirinya.
"Sebelum bersalin lagi kamu perlu sudah mempersiapkan mental untuk menyusukan anak yang bakal lahir sepenuhnya," Kak Rin menceritakan satu persatu mengikut turutan sebelum bersalin, semasa bersalin, selepas bersalin dan semasa si ibu bekerja di luar rumah kelak.
"Mula membaca dan tambah ilmu tentang breastfeeding," Kak Rin menambah lagi.
"Sejurus selepas bersalin, anak-anak perlu terus disusukan. Semasa itulah colostrum atau dikenali sebagai Immune Milk dapat disalurkan kepada bayi baru lahir," penceritaan beralih pula kepada fasa semasa bersalin.
"Semasa anak yang pertama, pengalaman menyusukan anak cukup menyakitkan. Mungkin kerana teknik yang salah. Mungkin juga kerana itu adalah yang pertama kali. Breast membengkak lagi menyakitkan. Kadangkala sehingfa berdarah," berkerut-kerut muka kami mendengarkannya. Biar benar?
"Saat itulah TLC amat diperlukan. Support daripada suami. Juga ada cara untuk mengubatinya dengan menggunakan krim sapu. Penting untuk kita tidak patah semangat. Andai kita berputus asa lalu menggantikan susu badan dengan susu botol lantaran kesakitan. Alamatnya, si bayi tidak lagi berminat pada susu badan. Beralih kepada susu botol yang lebih banyak mengandungi kandungan gula tiruan," panjang lebar ibu yang sudah mempunyai empat orang cahaya mata ini menerangkan.
"TLC tu apa?" sahabat disebelah mengangkat tangan bertanya. Saya juga tidak tahu apa kebendanya TLC itu. Syukur orang disebelah bertanya dahulu. Hehe.
"Tender, love and care. Memang amat diperlukan semasa kita down akibat perubahan hormon serta menanggung kesakitan pertama kali menyusukan anak. Apabila sudah beberapa bulan seterusnya, insyaAllah tidak lagi sakit," pernyataan Kak Rin melegakan kami.
"Apabila sudah bekerja kelak, ketika itulah kamu memerlukan breastpump," Kak Rin menunjukkan segala macam alatan kepada kami. Susu badan perlu di pump untuk diberikan kepada anak semasa ibu bekerja berjauhan dengan anak.
Masa terbaik untuk pump susu adalah semasa menyusukan anak. Sebelah untuk menyusukan anak, sebelah lagi dipump. Maklumat ini turut disahkan oleh Kak Afzan semasa perbualan di atas kapal terbang.
MasyaAllah!
Kebijasaan Allah Yang Maha Mencipta
"Setiap berapa jam ibu akan menyusukan anaknya?" giliran saya bertanya kepada Kak Rin.
"Setiap anak berbeza-beza. Tetapi secara kebiasaanya, anak perlu disusukan setiap dua jam. Menariknya, si ibu akan dapat mengenal pasti apabila tiba saatnya untuk si anak menyusu. Walaupun ketika itu si ibu sedang bekerja di luar rumah," Kak Rin menjawab.
"Breast akan terasa kembung dan seolah berdenyut-denyut ketika masanya tiba. Ketika itulah cepat-cepat si ibu perlu mendapatkan anak lalu disusukan sekalipun si anak masih sedang tidur. Andai ibu sedang bekerja di luar rumah, jangan menangguh-nangguh. Cepat-cepat pump susu tersebut. Andai tidak pump, mendatangkan sakit pula," Kak Rin menambah lagi.
MasyaAllah, hebatnya ciptaan Allah! Sudahlah Allah menciptakan susu ibu itu terbaik kandungan khasiatnya buat anak. Masa menyusu turut Allah aturkan begitu cantik sekali.
"Setiap dua jam? Pasti penat kan kak?" saya bertanya mendapatkan kepastian.
"Ya, setiap dua jam. Bayi lelaki lebih hebat, kadangkala menyusu hampir selama satu jam bagi setiap dua jam. Tapi selalunya, bayi akan menyusu selama 15 minit ke 30 minit untuk setiap kali. Penat? Sebab itulah kamu perlu tahu teknik merehatkan diri semasa menyusukan bayi," ujar Kak Rin. Diikuti sesi menunjukkan teknik menyusukan bayi dalam 3 posisi, ketika duduk diatas kerusi, duduk di atas tilam serta semasa baring.
Teknik perlu betul untuk menyusukan bayi baru lahir. Silap cara, bayi boleh meninggal dunia akibat kelemasan tidak dapat bernafas kerana hidungnya tertutup. Pernah terjadi apabila si ibu terlena semasa menyusukan anaknya.
"Andai caranya betul, kamu akan dapat berehat sambil menyusukan anak. Mengelakkan sakit belakang. Bahkan itulah saat yang bahagia. Mengeratkan hubungan dengan anak-anak," Kak Rin pandai bermain psikologi.
Sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Bijaksana. Tiada siapa dapat nafikan bahawa susu ibu adalah yang terbaik. Bahkan, selama enam bulan pertama, bayi hanya diberikan susu ibu tanpa makanan lain. Jimat belanja. Tidak perlu beli susu tepung pula. MasyaAllah.
Tidak perlu juga berjaga malam untuk membancuhkan susu. Andai berjalan kemana-mana, juga tidak perlu bersusah-susah membancuh susu. Jauh lebih melecehkan berbanding menyusukan badan yang hanya perlu mencari tempat yang sesuai semasa menyusukan.
"Jangan bimbang susu tidak cukup. There is no such thing!" Kak Rin menegaskan.
"Susu badan itu sentiasa cukup. Susu badan akan sentiasa ada berdasarkan keperluan. Berdasarkan demand. Selagi kita menyusukan anak, selagi itu susu akan terus-terusan dihasilkan," Kak Rin menjelaskan.
Hebat sungguh Allah.
"Cumanya, susu jadi kering, apabila si ibu berhenti daripada menyusukan bayi. Andai si ibu sendiri yang tidak susukan, maka susu tidak akan dihasilkanlah," ujarnya lagi.
"Sekalipun anda merupakan suri rumah, anda tetap memerlukan [I]breastpump[/I]. Susu yang siap di pump perlu dimasukkan ke dalam botol. Pastikan, setiap hari si ayah akan memberikan susu ibu dalam botol kepada bayi. Ketika itulah si ayah dapat membina hubungan dengan bayi," Kak Rin mencadangkan.
Bijak!
"Cumanya, ketika memberikan susu ibu dalam botol kepada bayi, elakkan si ibu yang memberikannya. Bimbang wujud kekeliruan. Bayi akan keliru antara puting botol serta puting ibu," fakta yang luar biasa dikongsi lagi oleh Kak Rin.
"Sekalipun si ayah yang menyusukan bayi dari botol, si ibu perlu duduk jauh-jauh kerana mereka dapat menghidu bau ibu," Kak Rin menambah fakta luar biasa.
MasyaAllah, sungguh hebat ikatan seorang anak dan seorang ibu. Sehingga ke tahap itu. Luar biasa.
Kelas berlansung selama satu jam setengah itu akhirnya berakhir. Namun, perjalanan buat kami berlima masih belum bermula secara peribadi. Tapi sudah bermula dengan dikongsikan bersama. Salah satunya melalui tulisan ini.
Tiba 25 Minit Lebih Awal
Penerbangan kali ini akan tiba 25 minit lebih awal. Selain topik susu ibu, bermacam-macam topik yang sempat kami bualkan. Ternyata Kak Afzan cukup mudah didekati lagi mesra. Seorang ibu yang pernah bekerja bersama Petronas, kemudian beralih arah membuat multi level marketing (MLM) dan kini bahagia serta gembira dengan apa yang sedang beliau usahakan; dalam proses menyudahkan PHD untuk terus mengajar di UPSI apabila tamat nanti. Tanjung Malim cukup sempurna buat dirinya yang ingin jauh dari kesesakan kota insyaAllah.
Penerbangan selama 12 jam tanpa movie percuma lebih bahagia kali ini. Lebih bermakna. Penerbangan 12 jam yang terakhir buat setakat ini.
Saat-saat terakhir di atas kapal terbang bertemankan Kak Afzan diselang-selikan sesi mendengar luahan rasa serta berkongsi cerita. Sempat sahaja saya berkongsi cerita buku di tangan, tulisan Andrea Hirata. Lalu filem Laskar Pelangi amat saya syorkan buat Kak Afzan mesti tonton. Ternyata, bakal pendidik ini [I]excited[/I] untuk menontonnya. Mendengar sinopsis lebih kurang daripada saya sudah menitiskan air matanya. Tunggulah sehingga beliau menonton filemnya sendiri. Ceritakan pada saya pengalamannya.
Ternyata Kak Afzan turut berminat untuk mendalami ilmu rumah tangga. Ilmu menjadi isteri serta ibu. Tanpa berfikir panjang, buku-buku terbaru Ustaz Zaharuddin khusus buat wanita serta wanita bekerja di luar rumah turut saya kongsikan. Juga blog isteri ustaz yang sarat dengan panduan buat para isteri serta ibu. Buku-buku motivasi kekeluargaan Ustaz Hasrizal serta Ustaz Pahrol juga saya catatkan dalam bukunya. Penuh satu muka A5 dimuatkan dengan judul buku serta alamat blog selain alamat Facebook serta ID Yahoo Messenger untuk meneruskan hubungan kelak.
Biarpun saya masih belum berumahtangga, redah sahaja. Inilah masanya untuk berkongsi. Manfaat buat orang lain.
Buat Anak Muda
Benarlah, andai sedang bercinta. Andai ingin berumah tangga, fikirlah sehingga ke lampin bayi. Persiapkan diri.
Mtngkin ada yang merasakan terlalu awal. Mungkin. Namun, apabila tiba masanya kelak, tiada siapa dapat mengelak. Maka, fikirlah dengan bijaksana.
Setiap perkara yang dinyatakan dalam Al-Quran itu adalah perkara yang PALING ADIL. Berulang-ulang kali Sister Fullah ingatkan.
Maka, 2 tahun menyusukan anak itu termasuk dalam perkara paling adil yang perlu ibu tunaikan buat anak-anaknya.

http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/dua-tahun-susu-ibu.html

Cara Alam menghibur kita...

Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik datang membakar hari.
Sebalkah anda?
Atau mungkin kita pernah terburu-buru menfejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah.
Sebalkah anda?


Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan
“ketidakmujuran”?
Sadari saja, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri. Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut, tak apalah …


http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/cara-alam-menghibur-kita.html

Daun Dan Ulat Hijau

Telah 2 musim hujan berlalu sehingga di mana-mana tampak pepohonan menghijau.
Keliatan seekor ulat di antara dedaunan yg menghijau bergoyang-goyang di terpa angin.
ulat: “Apa kabar daun hijau” katanya …..
Tersentak daun hijau menoleh kearah suara yg datang.
daun: “Ohh…kamu ulat , badanmu keliatan kurus dan kecil…mengapa ?” tanya daun hijau.
ulat: “Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku , bisakah engkau membantuku sahabat ?”.
daun: “Tentu….tentu, dekatlah kemari”
Daun hijau berpikir,
“Jika aku memberikan sedikit saja daunku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau .
Hanya saja aku akan keliatan berlobang-lobang…tapi tak apalah .”
Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju ke daun hijau.
Setelah makan dengan kenyang ulat berterima kasih kepada daun hijau


yg telah merelakan sebagian tubuhnya menjadi makanan si ulat.
Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yg penuh kasih dan pengorbanan itu ,
ada rasa puas di dalam diri daun hijau .
Sekali pun tubuhnya kini berlobang di sana sini
namun ia bahagia dapat melakukan sesuatu bagi ulat kecil yg lapar.
Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna .
Akhirnya ia jatuh ketanah di sapu orang dan dibakar .
Apa yg berarti di kehidupan kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama ?
Nahh……
Akhirnya semua yg ada akan mati bagi sesamanya yg tidak menutup mata ketika sesamanya dalam kesukaran. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak meminta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak melupakan kepentingan diri sendiri . Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi orang lain memang tidak mudah, tetapi indah.
Ketika berkorban diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yg berlobang namun sebenarnya itu tidak mempengaruhi kehidupan kita, kita akan tetap hijau
Nahhh...sekarang tinggal pilih,mau jadi ulat atau daun...???


http://dedihromdani.blogspot.com/2012/05/daun-dan-ulat-hijau.html

13 Mei 2012

Memahami Syirik, Kufur, dan Nifaq

Syirik, kufur dan nifaq adalah tiga hal yang bisa membatalkan tauhid seseorang atau setidak-tidaknya mengurangi kesempurnaannya. Oleh karena itu, kita harus memiliki pemahaman yang betul-betul baik tentang tiga perkara ini. Dan yang paling penting adalah, kita senantiasa berusaha agar tidak terjatuh dan terjerumus kedalam tiga perkara tersebut.


Sebelum kita membahas satu persatu ketiga perkara ini, marilah terlebih dulu kita perhatikan dan kita renungkan beberapa firman Allah berikut ini:

”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang lurus daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka berarti ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah : 256).

”Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan), ’Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah thaghut” (QS An-Nahl : 36).

”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka menegakkan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS Al-Bayyinah : 5).

Selanjutnya, berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai ketiga perkara tersebut, dimulai dari syirik, lalu kufur dan terakhir nifaq.



Pertama : Syirik (Kesyirikan) [QS An-Nisa’ : 48 & 116, QS. Al-An’am : 82, QS Luqman : 13, QS Az-Zumar : 65]

Syirik Akbar (Kesyirikan Besar)
Syirik dalam rububiyah, seperti keyakinan bahwa arwah orang yang sudah meninggal mampu memberikan manfaat atau mudharat, memenuhi kebutuhan orang yang hidup, atau keyakinan bahwa ada orang yang ikut mengatur alam raya ini bersama Allah, dan seterusnya.
Syirik dalam asma’ wa shifat, seperti keyakinan bahwa ada orang yang mengetahui hal ghaib selain Allah, misalnya dukun, peramal dan semacamnya, syirik dengan menyerupakan shifat Allah dengan shifat makhluq, dan lain-lain.
Syirik dalam uluhiyah (ibadah), seperti syirik dalam ibadah, doa, takut, cinta, harap, taat, dan sebagainya.

Syirik Ashghar (Kesyirikan Kecil)
Qauli (berupa ucapan), seperti bersumpah dengan menyebut selain nama Allah, dan sebagainya.
Fi’li (berupa perilaku dan perbuatan), seperti tathayyur, datang ke dukun, memakai jimat dan rajah (yang bukan berupa ayat Al-Qur’an atau doa yang dibenarkan), dan sebagainya.
Qalbi (berupa amal hati / batin), seperti riya’, sum’ah, dan sebagainya.

Beberapa Sarana yang Mengantarkan kepada Kesyirikan
Ghuluw (berlebih-lebihan) dalam tawassul yang diperselisihkan.
Memfungsikan kuburan seperti fungsi masjid.
Sikap ghuluw terhadap orang shalih (baik yang masih hidup maupun khususnya yang sudah wafat).
Kultus individu, benda, dan tempat.
Penghormatan, pemuliaan, dan pengagungan terhadap patung-patung dan gambar-gambar.
Hari-hari raya dan peringatan-peringatan bid’ah.
Amal-amal bid’ah pada umumnya.



Kedua : Kufur (Kekufuran) [QS Al-Baqarah : 6 – 7, QS Al-Kafirun]

Kufur Akbar (Kekufuran Besar) :
Kufur pengingkaran dan pendustaan (kufr al-inkaar wat takdziib). Lihat QS Al-An’am : 66, QS Al-’Ankabut : 68
Kufur keragu-raguan (kufr asy-syakk). Lihat QS Al-Kahfi : 35 – 38
Kufur keengganan dalam mematuhi hukum Allah karena faktor kesombongan (kufr al-imtinaa’ wal istikbaar). Lihat QS Al-Baqarah : 34, QS Asy-Syu’araa’ : 111, QS Al-A’raf : 12, QS Al-Israa’ : 61.
Kufur pelecehan dan pengolok-olokan terhadap ajaran Islam (kufr as-sabb wal istihzaa’). Lihat QS At-Taubah : 65 – 66.
Kufur kebencian terhadap bagian ajaran Islam (kufr al-bughdh). Lihat QS Muhammad : 9.
Kufur perpalingan (berpaling) dari hukum Allah (kufr al-i’raadh). Lihat QS Al-Ahqaf : 3, QS Ali ’Imran : 32, QS As-Sajdah : 22.
Kufur nifaq (kemunafikan). Lihat QS Al-Munafiqun : 3.
Kufur loyalitas terhadap orang-orang kafir (kufr al-walaa’). Lihat QS Ali ’Imran : 28.

Kufur Ashghar (Kekufuran Kecil) :

Adalah setiap jenis kemaksiatan yang disifati dengan kekufuran dan tidak termasuk kategori kufur akbar, seperti :
Kufur nikmat (QS An-Nahl : 83 & 112)
Meninggalkan sholat (HR At-Turmudzi)
Mendatangi dukun dan peramal (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Bazzar)
Memerangi atau membunuh sesama muslim (HR Muttafaq ’Alaih)
Melecehkan dan memperolok-olokkan suatu keturunan, marga, etnis, dan semacamnya (HR Muslim)
Meratapi orang yang meninggal (HR Muslim)
Larinya budak dari tuannya (HR Muslim)
Menisbatkan diri seseorang kepada selain orangtuanya yang sebenarnya (HR Muttafaq ’Alaih)

Ketiga : Nifaq (Kemunafikan) [QS Al-Baqarah : 8 – 20, QS An-Nisa’ : 142 – 146, QS Al-Munafiqun)

Nifaq Akbar (Kemunafikan Besar) :

Adalah nifaq i’tiqadi (kemunafikan yang berupa keyakinan hati). Karena dasarnya adalah keyakinan hati, maka tidak mudah diketahui. Namun ada beberapa bentuk amal lahir mereka yang termasuk jenis kufur akbar, yang diungkapkan dalam Al-Qur’an, seperti :
Melecehkan dan memperolok-olokkan Allah, Rasul-Nya saw, dan Al-Qur’an (QS At-Taubah : 65 – 66).
Mencaci Allah dan Rasul-Nya atau mendustakan keduanya (QS At-Taubah : 158).
Berpaling dari hukum Allah dan menghalang-halangi orang dari jalan Allah (QS An-Nisa’ : 61).
Berhukum dengan hukum dan undang-undang orang-orang kafir (QS An-Nisa’ : 66).
Meyakini isme-isme jahiliyah yang bertentangan dengan Islam : sekularisme, nasionalisme, dan lain-lain.
Berpihak dan memberikan loyalitas serta dukungan kepada orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin.
Bergembira atas kemenangan dan kaunggulan orang-orang kafir atau kealahan dan keterpurukan ummat Islam (QS Ali ’Imran : 119 – 120)
Mencela dan melecehkan para ulama, pejuang atau tokoh Islam, dan kaum mukminin militan pada umumnya (QS Al-Baqarah : 13, QS At-Taubah : 79).
Memuji-muji kaum kafir, mengung-agungkan tokoh-tokoh mereka, dan mempublikasikan pemikiran-pemikiran mereka yang bertentangan dengan Islam (QS Al-Mujadalah : 14).

Nifaq Ashghar (Kemunafikan Kecil) :

Juga disebut dengan Nifaq ’Amali (Kemunafikan Amal Perbuatan).

Definisinya : bahwa seseorang menampakkan amal lahiriyah yang baik dan terpuji, namun pada saat yang sama ia menyembunyikan didalam hatinya sesuatu yang buruk dan tercela, yang bertentangan dengan yang ditampakkan.

Dan diantara contoh-contoh nifaq ashghar adalah :
Berdusta dengan sengaja saat berbicara (HR Muttafaq ’Alaih)
Berjanji, namun dalam hatinya telah berniat untuk tidak menepatinya (HR Muttafaq ’Alaih)
Sengaja melakukan pelanggaran saat berperkara, seperti menolak kebenaran, berdalih dengan kebatilan dan kedustaan, padahal dia tahu hakikat masalahnya (HR Muttafaq ’Alaih)
Mengambil dan menerima amanat dengan menyimpan niat sejak awal untuk berkhianat (HR Muttafaq ’Alaih)
Riya’ dalam melakukan amal-amal shalih (HR Ahmad)
Tidak memiliki dan menyimpan niat jihad (HR Muslim)
Menampakkan kecintaan pada seseorang, padahal sebenarnya ia menyimpan kebencian terhadapnya (HR Bukhari dan Ahmad)
Membenci sahabat Anshar secara khusus (HR Muttafaq ’Alaih) dan para shahabat seluruhnya secara umum.
Dan sebagainya.



Perbedaan-perbedaan antara yang Akbar (Besar) dan yang Ashghar (Kecil) dari Syirik, Kufur, dan Nifaq :
Yang akbar menyebabkan pelakunya dihukumi kafir, murtad, dan keluar dari Islam dengan segala konsekuensinya. Dan tidak demikian dengan pelaku yang ashghar (QS Al-Baqarah : 221).
Pelaku yang akbar jika tidak bertaubat sampai meninggal, maka tertutuplah peluang ampunan baginya. Dan tidak demikian dengan pelaku yang ashghar (QS An-Nisa’ : 48, 116, & 145).
Yang akbar menggugurkan seluruh amal pelakunya dan menjadikannya sia-sia belaka (QS Al-Furqan : 23, QS Az-Zumar : 65). Dan tidak demikian dengan yang ashghar.
Pelaku yang akbar diharamkan masuk Surga dan akan kekal di Neraka selama-lamanya. Dan tidak demikian dengan pelaku yang ashghar (QS Al-Maidah : 72).
Yang akbar mewajibkan terjadinya bara’ (permusuhan) penuh secara mutlak terhadap pelakunya. Dan tidak demikian dengan pelaku yang ashghar (QS Al-Mumtahanah : 4).



Catatan : Jangan pernah menganggap remeh dan kecil hal-hal yang masuk dalam kategori syirik, kufur, dan nifaq ashghar, karena terpengaruh oleh sebutan kecil (ashghar) tersebut. Karena, sekecil-kecilnya syirik kecil, kufur kecil, dan nifaq kecil, tetap termasuk kategori dosa-dosa besar.

http://ustadchandra.wordpress.com/2012/04/17/memahami-syirik-kufur-dan-nifaq/

Tahapan Dalam Menuntut Ilmu

Fadhilatus Syaikh Zaid bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah ditanya pertanyaan berikut:

“Bagaimana metode yang benar dalam belajar agama secara bertahap? Dan bagaimana metode yang benar dalam belajar ilmu aqidah, tafsir, fiqih dan hadits. Dari mana kita memulainya?”

Beliau lalu menjawab:

Pertanyaan ini menunjukkan bahwa penanya sedang mencari metode yang benar untuk mendapatkan ilmu agama. Namun yang benar, pertama-tama, seorang penuntut ilmu hendaknya mencari dulu guru yang menguasai ilmu syar’i yang berjalan di atas manhaj salafus shalih. Karena memilih guru dan memilih kitab yang tepat adalah metode yang benar untuk menuntut ilmu syar’i.

Memilih mata pelajaran dalam ilmu syar’i baik aqidah, tafsir, hadits, fiqih, ilmu bahasa, sirah, semuanya ini tidak diragukan lagi butuh tahapan dan butuh pula kebijaksanaan dalam berpindah dari satu tahapan ke tahapan yang lain atau dari satu kitab ke kitab yang lain.

Ketika belajar aqidah dan ingin melalui tahapan yang benar, maka seorang penuntut ilmu hendaknya memulai dengan belajar kitab Al Ushul Ats Tsalatsah milik Imam Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab (wafat 1206 H) rahimahullah. Dalam kitab ini terdapat ilmu yang melimpah dalam permasalahan aqidah yang tidak akan membuat penuntut ilmu menyimpang dari manhaj salafus shalih dalam memahami agama.

Setelah itu lanjutkan mempelajari Al Qawaid Al Arba’, Kasyfus Syubhat dan Risalah Ushulil Iman. Tulisan-tulisan ini merupakan panduan dalam bidang aqidah dan merupakan pelajaran pokok dalam mempelajari ilmu-ilmu syariah yang lain. Ketika seseorang telah mempelajari kitab-kitab ini, ia akan memiliki akidah yang benar dan berjalan di atas manhaj salafiy, serta mendapatkan pencerahan darinya. Kemudian setelah mempelajari kitab-kitab ini, hendaknya berpindah ke tahapan yang lebih tinggi semisalKitab At Tauhid, lalu setelah menyelesaikan kitab ini berpindah lagi ke kitab Al Aqidah Al Washithiyyahmilik Imam Mujaddin Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat 728H) rahimahullah. Lalu melanjutkan ke kitab Al Hamawiyyah dan At Tadmuriyyah lalu Al Aqidah Ath Thahawiyyah.

Setelah itu, dapat melanjutkan membaca kitab-kitab Sunan yang berkaitan dengan pembahasan sunnah dan tahdzir terhadap bid’ah. Yang terkenal diantaranya Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah milik Al Laalikaa-i (wafat 418H), Kitab As Sunnah milik Al Khallal (wafat 311H), Kitab As Sunnah milik Abdullah bin Ahmad bin Hambal (wafat 290H), Al Ibanah milik Ibnu Bathah Al’Akbari (wafat 387H), dan Kitab At Tauhid milik Ibnu Khuzaimah (wafat 311H) dan kitab-kitab lain yang termasuk dalam bidang ini.

Adapun yang berkaitan dengan ilmu tafsir, yang aku pilih untuk para penuntut ilmu adalah kitab Tafsir Ibni Katsir (774H) rahimahullah, dan Kitab Tafsir As Sa’di (1376H) rahimahullah. Lebih khusus lagi, aku menyarankan Mukhtashar Tafsir Ibni Katsir milik Muhammad Nasib Ar Rafi’i karena -sepengetahuan kami- beliau telah meringkas Tafsir Ibni Katsir hingga sejalan dengan manhaj salaf. Jika mampu menyelesaikan kitab-kitab tadi, maka pelajarilah Tafsir Al Baghawi (516H) juga kitab-kitab tafsir selain yang disebutkan yang bila seorang penuntut ilmu membacanya lalu menelaahnya ia bisa menyadari jika menemukan ta’wil-ta’wil yang tercela, semisal kitab Tafsir Al Qurthubi (wafat 671H). Dan dapat juga mempelajari kitab tafsir lainnya seperti Tafsir Ibnul Jauzi (wafat 597H), dan Tafsir Asy Syaukani (wafat 1250H).

Namun dengan catatan, dalam sebagian kitab-kitab tafsir yang bagus dan mengandung limpahan ilmu tersebut, penulisnya -rahimahullah ‘alaihim- terkadang men-ta’wil ayat-ayat tentang sifat Allah. Tapi sedikit sekali ta’wil yang disepakati oleh mereka yang men-ta’wil nash Qur’an dan Sunnah dengan ta’wilan yang tercela. Penyebab terjadinya hal tersebut, -sepengatahuan kami- ada tiga:
Pengaruh lingkungan tempat sang mufassir hidup
Pengaruh guru tempat sang mufassir menuntut ilmu
Pengaruh telaah kitab-kitab. Sebagian mufassir menelaah kitab-kitab yang memuat berbagai pemikiran manusia, lalu ia terpengaruh

Sedangkan dalam ilmu hadits, seorang penuntut ilmu hendaknya memulai dari Al Arba’in An Nawawiyahuntuk dihafal dan dipahami, juga membaca penjelasan yang terkandung di dalamnya. Lalu hendaknya secara bertahap mempelajari Umdatul Ahkam kemudian Bulughul Maram, juga dengan syarah-nya. Kemudian, setelah itu barulah ia mampu untuk mempelajari Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dan Kutubus Sittah. Akal dan keilmuan manusia itu senantiasa berkembang sejalan dengan kelurusan niatnya serta keberlanjutannya dalam menuntut ilmu tanpa terputus.

Begitu juga dalam ilmu fiqih. Andai seorang penuntut ilmu sekedar membaca hadits-hadits saja ia akan mendapat banyak pemahaman dari apa yang ia baca. Namun hendaknya mereka juga mempelajari kitab-kitab fiqih seperti Umdatul Fiqhi yang merinci permasalahan-permasalahan furu’ atau juga kitab Zaadul Mustaqni. Allah telah memuliakan umat ini dengan adanya banyak kitab syarah dari Zaadul Mustaqni, baik dari ulama terdahulu maupun ulama di masa ini. Di antara syarah yang mudah dipelajari adalah yang ditulis oleh ulama masa ini, Syaikh Al Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, dalam kitab As Syarh Al Mumthi’. Kitab ini memang benar-benar memuaskan (mumthi’) karena di dalamnya terdapat bahasan-bahasan yang bermanfaat dan penjelasan-penjelasan yang langka. Semoga Allah memberikan ganjaran kepada beliau, menjadikan manfaat yang besar dari ilmu beliau, dan menambah keutamaan beliau.

Sedangkan dalam Sirah Nabawiyyah, mulailah dengan mempelajari Mukhtashar Sirah Nabawiyyah karya Imam Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Kemudian setelah itu mempelajari Sirah Nabawiyyah miliki Ibnu Hisyam (wafat 183H). Dan di zaman ini, walhamdulillah, kitab-kitab sirah sudah banyak yang diringkas.

Namun juga, semua ilmu ini dalam mempelajarinya membutuhkan ilmu-ilmu alat seperti ilmu ushul fiqih, qawa’id, musthalah, serta butuh perhatian terhadap ilmu bahasa arab dan qawaidul fiqhiyyah. Sehingga barulah seseorang memiliki kemampuan untuk mengambil ilmu dari dalil-dalil Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman yang benar.

Semua ini, tidak cukup hanya dengan membaca kitab secara otodidak, b`hkan jika perlu seseorang menempuh perjalanan untuk mencari guru ke daerah lain jika memang di daerahnya tidak ada, sebagaimana yang dilakukan para salafus shalih dalam menuntut ilmu. Ini jika memang mampu untuk menempuh perjalanan tersebut. Jika tidak mampu menempuh perjalanan tersebut, maka bacalah kitab-kitab lalu kumpulkan hal-hal yang membingungkanmu, kemudian tempuhlah sekedar perjalanan pendek (untuk menanyakanya kepada ulama, pent). Apalagi di zaman ini berhubungan dengan ulama melalui telepon telah mencukupi kebutuhan tersebut tanpa harus bersusah payah. Walhamdulillah.

Wallahu’alam.

Catatan:

Urutan dan jenis kitab dalam menuntut ilmu sebagaimana yang disebutkan di atas bukanlah suatu yangsaklek harus demikian. Setiap orang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang berbeda-beda sehingga sangat mungkin berbeda pula tahapan belajarnya. Dan akan sangat mungkin berbeda jawabannya jika ditanyakan kepada ulama yang lain. Namun yang pasti, seorang penuntut ilmu hendaknya belajar kepada seorang guru yang mapan ilmunya, sehingga sang guru dapat mengarahkan tahapan belajar yang cocok baginya.

http://ustadchandra.wordpress.com/2012/05/11/tahapan-dalam-menuntut-ilmu/

7 Cara Menuntut Ilmu Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang Islami

Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Allah akan mengekangnya dengan kekang api neraka” 〔HR. Ibnu Majah〕
Dari hadist ini dapat diambil kesimpulan bahwa rasulullah saw mewajibkan kepada umatnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.Oleh itu Islam menggariskan panduan dan cara menuntut ilmu dengan betul. Berikut adalah cara menuntut ilmu yang sewajarnya dituruti oleh setiap umat Islam dalam menuntu ilmu:

Ikhlas karena Allah SWT: Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah kerana Allah SWT dan untuk negeri akhirat
Untuk menghilangkan kebodohan dirinya dan orang lain.: Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk menghilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka
Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari’at.: Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari’at. Karena kedudukan syari’at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak bererti apa-apa
Lapang dada dalam menerima perbezaan pendapat.: Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad
Mengamalkan ilmu yang telah diperolehi.: Mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, kerana amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah.
Menghormati para ulama dan memuliakan mereka :Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbezaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah
Mencari kebenaran dan sabar: Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum.

Azmi Fajri Usman…Motivator No.1

Bergeraklah…Dengan Langkah Pasti

http://ustadchandra.wordpress.com/2012/05/11/7-cara-menuntut-ilmu-untuk-mewujudkan-pendidikan-yang-islami/

Abdullah bin Umar dan Sholat Tahajjud

Salah seorang sahabat Rasulullah صلى الله عليه و سلم ialah Abdullah bin Umar radhiyAllahu ‘anhuma. Beliau adalah seorang sahabat mulia putra dari salah seorang sahabat utama yakni Umar bin Khattab radhiyAllahu ‘anhu. Beliau seorang yang dikaruniai Allah سبحانه و تعالى ke-faqih-an (kedalaman pemahaman) dalam ilmu-ilmu mengenaidienullah Al-Islam. Beliau juga terkenal seorang yang zuhud(tidak terikat hati dengan dunia) dan ‘abid (rajin ber-ibadah kepada Allah سبحانه و تعالى). Sewaktu masih muda belia, Abdullah bin Umar radhiyAllahu ‘anhuma berangan-angan seandainya ia dapat bermimpi sesuatu yang menyebabkan dirinya punya alasan untuk berkonsultasi langsung kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم . Ia iri melihat seorang yang menceritakan mimpinya kepada Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Kisahnya disampaikan di dalam hadits di bawah ini oleh dirinya sendiri:


Dari Abdullah Ibnu ‘Umar radhiyAllahu ‘anhuma dia berkata; “Apabila ada seseorang yang bermimpi pada masa Rasulullah صلى الله عليه و سلم , maka ia pun akan menceritakan mimpi itu kepada Rasulullah, hingga saya juga ingin sekali bermimpi dan menceritakannya kepada beliau. Ketika remaja, pada masa Rasulullah صلى الله عليه و سلم , saya pernah tertidur di masjid. Dalam tidur itu saya bermimpi bahwa ada dua malaikat yang menangkap saya dan membawa saya ke neraka yang tepinya berdinding seperti sumur dengan dua tali seperti tali sumur. Ternyata di dalam sumur tersebut ada beberapa orang yang saya kenal dan segera saya ucapkan: ‘Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka.’ Tak lama kemudian, kedua malaikat tersebut ditemui oleh satu malaikat lain dan ia berkata kepada saya; ‘Kamu akan aman.’ Lalu saya ceritakan mimpi saya itu kepada Hafshah radhiyAllahu ‘anha dan Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Kemudian Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: ‘Sebaik-baik orang adalah Abdullah bin Umar radhiyAllahu ‘anhuma, jika ia berkenan melaksanakan shalat di sebagian malam.’ Salim radhiyAllahu ‘anhu berkata; ‘Setelah itu Abdullah bin Umar radhiyAllahu ‘anhuma tidak pernah tidur di malam hari kecuali sebentar.’

(MUSLIM – 4528)

Subhanallah... berdasarkan hadits di atas kita dapat melihat betapa kedekatan Abdullah bin Umar radhiyAllahu ‘anhumadengan Allah سبحانه و تعالى sehingga ia dikaruniai Allah سبحانه و تعالى nikmat berupa mimpi yang semakin mendorongnya untuk lebih banyak lagi beribadah. Dalam hal ini ibadah sholat malam atau sholat tahajjud. Ia memang terkenal seorang ‘abid, tetapi rupanya Allah سبحانه و تعالى menghendaki agar ia menjadi seorang ‘abid yang lebih baik lagi sehingga ia didorong untuk membiasakan dirinya tidak melewati malam kecuali dengan menegakkan sholat tahajjud. Ia akhirnya menjadi seorang hamba Allah سبحانه و تعالى yang tidak tidur di malam hari kecuali sedikit saja. Sisanya ia habiskan waktu malamnya untuk ber-khalwat(berdua-duaan) dengan Rabbnya, Allah سبحانه و تعالى .

Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم sangat menganjurkan ummatnya agar biasa menegakkan sholat malam. Bahkan beliau menyebutnya sebagai sholat yang paling utama sesudah sholat wajib lima waktu:

Dari Abu Hurairah radhiyAllahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: “Sebaik baik puasa setelah puasa di bulan Ramadlan adalah puasa di bulan Muharram dan sebaik baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (TIRMIDZI – 402)

Oleh karenanya uswah hasanah kita Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم mencontohkan bahwa beliau tidak pernah meninggalkan sholat malam bagaimanapun keadaannya. Hatta beliau sedang sakit sekalipun, beliau tetap mengerjakannya. Subhaanallah.

Aisyah radliallahu ‘anha berkata; “Janganlah kamu meninggalkan shalat malam (qiyamul lail), karena Rasulullah صلى الله عليه و سلم tidak pernah meninggalkannya, bahkan apabila beliau sedang sakit atau kepayahan, beliau shalat dengan duduk.” (ABUDAUD – 1112)

Bahkan terdapat sebuah hadits yang meriwayatkan bahwa jika Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم tidak sempat sholat malam lantaran ketiduran, maka beliau menggantinya dengan melakukannya di siang hari.

Dari ‘Aisyah radhiyAllahu ‘anha dia berkata, adalah Nabi صلى الله عليه و سلم jika tidak sempat shalat malam karena ketiduran atau terserang kantuk, beliau shalat disiang hari sebanyak dua belas raka’at. Abu Isa berkata, ini adalah hadits hasan shahih. (TIRMIDZI – 407)

Ya Allah, mudahkanlah dan berkahilah kami untuk bangun malam guna menegakkan sholat malam sebagai bukti kesetiaan kami kepada Rasul-Mu Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم .


http://ustadchandra.wordpress.com/2012/05/12/abdullah-bin-umar-dan-sholat-tahajjud/

Sedekah Yang Paling Afdhol

Dalam sebuah hadits terdapat penjelasan Rasulullahshollallahu ’alaih wa sallam mengenai aktifitas bersedekah yang paling utama alias afdhol.

Tidak semua bentuk bersedekah bernilai afdhol. Bagi orang yang berusia muda dan sedang energik tentunya bersedekah memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah daripada bersedekahnya seorang yang telah lanjut usia, sakit-sakitan, dan sudah menjelang meninggal dunia.

Untuk itulah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada ummatnya mengenai sedekah yang paling afdhol.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ

تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ وَلَا تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ

قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ

“Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam:“Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhary)

Coba lihat betapa detilnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallammenggambarkan ciri orang yang paling afdhol dalam bersedekah. Sekurangnya kita temukan ada empat kriteria: (1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi; (2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.



Pertama, orang yang paling afdhol dalam bersedekah ialah orang yang dalam keadaan sehat lagi loba alias tamak alias berambisi sangat mengejar keuntungan duniawi.

Artinya, ia masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka ambisi dan perencanaan untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam karirnya atau bisinisnya.

Dalam keadaan seperti ini biasanya seseorang akan merasakan kesulitan dan keengganan bersedekah karena segenap potensi harta yang ia miliki pastinya ingin ia pusatkan dan curahkan untuk modal menyukseskan berbagai perencanaan dan proyeknya.

Dengan dalih masih dalam tahap investasi, maka ia akan selalu menunda dan menunda niat bersedekahnya dari sebagian harta yang ia miliki. Karena setiap ia memiliki kelebihan harta sedikit saja, ia akan segera menyalurkannya ke pos investasinya.

Setiap uang yang ia miliki segera ia tanam ke dalam bisnisnya dan ia katakan ke dalam dirinya bahwa jika ia bersedekah dalam tahap tersebut maka sedekahnya akan terlalu sedikit, lebih baik ditunda bersedekah ketika nanti sudah sukses sehingga bisa bersedekah dalam jumlah ”signifikan” alias berjumlah banyak. Akhirnya ia tidak kunjung pernah mengeluarkan sedekah selama masih dalam masa investasi tersebut.

Kedua, bersedekah ketika dalam keadaan sedang sangat ingin menjadi kaya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seolah ingin menggambarkan bahwa orang yang dalam keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti bersedekahnya kurang bernilai dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi menjadi kaya. Sebab bila seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah berarti ia bukanlah tipe orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk dirinya sendiri.

Ia sejak masih bercita-cita menjadi kaya sudah mengembangkan sifat dan karakter dermawan. Hal ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya benar-benar menjadi orang kaya, maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu sadar ada hak kaum yang kurang bernasib baik yang perlu diperhatikan.

Sekaligus kebiasaan bersedekah yang dikembangkan sejak seseorang baru pada tahap awal merintis bisnisnya, maka hal itu mengindikasikan bahwa si pelaku bisnis itu sadar sekali bahwa rezeki yang ia peroleh seluruhnya berasal dari Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah Ar-Razzaq.

Hal ini sangat berbeda dengan orang kaya dari kaum kafir seperti Qarun, misalnya. Qarun adalah tokoh kaya di zaman dahulu yang di dalam meraih keberhasilan bisnisnya menyangka bahwa kekayaan yang ia peroleh merupakan buah dari kepiawaiannya dalam berbisnis semata.

Ia tidak pernah mengkaitkan kesuksesan dirinya dengan Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah swt.

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِ

“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”.(QS Al-Qshshash ayat 78)

Ketiga, sedekah menjadi afdhol bila si pemberi sedekah berada dalam keadaan khawatir menjadi miskin. Walaupun ia dalam keadaan khawatir menjadi miskin, namun hal ini tidak mempengaruhi dirinya. Ia tetap berkeyakinan bahwa bersedekah dalam keadaan seperti itu merupakan bukti ke-tawakkal-annya kepada Allah.

Ia sadar bahwa jika Allah kehendaki, maka mungkin sekali dirinya menjadi kaya atau menjadi miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti keadaan apapun yang dialaminya tidak mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya bersedekah.

Ia sudah menjadikan bersedekah sebagai salah satu karakter penting di dalam keseluruhan sifat dirinya. Persis gambarannya seperti orang bertaqwa di dalam Al-Qur’an:

أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

”… yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS Ali Imran ayat 133-134)
Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar jangan sampai seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian baru menyuruh seorang pencatat menginventarisasi siapa-siapa saja fihak yang berhak menerima harta miliknya yang hendak disedekahkan alias diwasiatkan.

Ini bukanlah bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya, seorang yang bersedekah ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam keadaan sudah dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan lain.

Bila seseorang bersedekah dalam keadaan ia bebas memilih antara mengeluarkan sedekah atau tidak, berarti ia lebih bermakna daripada seseorang yang bersedekah ketika tidak ada pilihan lainnya kecuali harus bersedekah.

Itulah sebabnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menghargai orang yang masih muda lagi sehat bersedekah daripada orang yang sudah tua dan menjelang ajal baru berfikir untuk bersedekah.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedekah yang paling afdhol. Terimalah, ya Allah, segenap infaq dan sedekah kami di jalanMu. Amin.-


9 Mei 2012

Tulisan Cinta Sang Ustadz

Bicara tentang cinta tak ada habis-habisnya, namun tak lengkap rasanya bila Anda belum membaca tulisan dariUst. Anis Matta, Lc. Saya harus mengutip semua isi tulisannya karena mengutip sebagian-sebagian hanya akan mengurangi keindahan isi tulisan ini. Kecerdasan beliau dalam menjelaskan sesuatu membuat kita tak bosan membacanya dan bahkan bisa mendapatkan makna yang dalam dari pilihan kata dan logika berpikir yang tepat. Tidak hambar tetapi di bumbui oleh sentuhan-sentuhan perasaan yang menular kepada pembacanya. Saya dulu sangat terinspirasi akan tulisan ini sebelum menikah. Sekarang setelah 9 tahun usia pernikahan, tulisan ini justru semakin menambah kedewasaan saya tentang “Cinta”. Selamat terinspirasi.

BIAR KUNCUPNYA MEKAR JADI BUNGA

oleh : Anis Matta, Lc.

Ternyata obrolan kita tentang cinta belum selesai. Saya telah menyatakan sebelumnya betapa penting peranan kata itu dalam mengekspresikan kata cinta. Tapi itu bukan satu-satunya bentuk ekspresi cinta. Cinta merupakan sebentuk emosi manusiawi. Karena itu ia bersifat fluktuatif naik turun mengikuti semua anasir di dalam dan di luar di diri manusia yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya saya juga mengatakan, mempertahankan dan merawat rasa cinta sesungguhnya jauh lebih sulit dari sekedar menumbuhkannya. Jadi obrolan kita belum selesai.

Walaupun begitu, saya juga tidak merasakan adanya urgensi utk menjawab pertanyaan ini : apa itu cinta ? Itu terlalu filosofis. Saya lebih suka menjawab pertanyaan ini : bagaimana seharusnya anda mencintai ? pertanyaan ini melekat erat dalam kehidupan individu kita. Cinta itu bunga; bunga yang tumbuh mekar dalam taman hati kita.
Anis Keluarga Sakinah


Taman itu adalah kebenaran. Apa yg dengan kuat menumbuhkan, mengembangkan, dan memekarkan bunga-bunga adalah air dan matahari. Air dan matahari adalah kebaikan. Air memberinya kesejukan dan ketenangan, tapi matahari memberinya gelora kehidupan. Cinta, dengan begitu, merupakan dinamika yg bergulir secara sadar di atas latar wadah perasaan kita Maka begitulah seharusnya anda mencintai; menyejukkan, menenangkan, namun juga menggelorakan. Dan semua makna itu terangkum dalam kata ini : menghidupkan. Anda mungkin dekat dengan peristiwa ini ; bagaimana istri anda melahirkan seorang bayi, lalu merawatnya, dan menumbuhkannya, mengembangkannya serta menjaganya. Ia dengan tulus berusaha memberinya kehidupan.

Bila anda ingin mencintai dengan kuat, maka anda harus mampu memperhatikan dengan baik, menerimanya apa adanya dengan tulus, lalu berusaha mengembangkannya semaksimal mungkin, kemudian merawatnya..menjaganya dengan sabar. Itulah rangkaian kerja besar para pecinta; pengenalan, penerimaan, pengembangan dan perawatan. Apakah anda telah mengenal isteri anda dengan seksama? Apakah anda mengetahui dengan baik titik kekuatan dan kelemahannya? Apakah anda mengenal kecenderungan-kecenderungannya? Apakah anda mengenal pola-pola ungkapannya; melalui pemaknaan khusus dalam penggunaan kata, melalui gerak motorik refleksinya, melalui isyarat rona wajahnya, melalui tatapannya, melalui sudut matanya? Apakah anda dapat merasakan getaran jiwanya, saat ia suka dan saat ia benci, saat ia takut dan begitu membutuhkan perlindungan? Apakah anda dapat melihat gelombang-gelombang mimpi-mimpinya,harapan-harapannya? Sekarang perhatikanlah bagaimana tingkat pengenalan Rosululloh saw terhadap istrinya, Aisyah. Suatu waktu beliau berkata, ” Wahai Aisyah, aku tahu kapan saatnya kamu ridha dan kapan saatnya kamu marah padaku. Jika kamu ridha, maka kamu akan memanggilku dengan sebutan : Ya Rosulullah ! tapi jika kamu marah padaku, kamu akan memanggilku dengan sebutan ” Ya Muhammad”. Apakah beda antara Rosululloh dan Muhammad kalau toh obyeknya itu-itu saja ? Tapi Aisyah telah memberikan pemaknaan khusus ketika ia menggunakan kata yang satu pada situasi jiwa yang lain. Pengenalan yang baik harus disertai penerimaan yang utuh. Anda harus mampu menerimanya apa adanya.

Apa yang sering menghambat dlm proses penerimaan total itu adalah pengenalan yang tidak utuh atau “obsesi” yang berlebihan terhadap fisik. Anda tidak akan pernah dapat mencintai seseorang secara kuat dan dalam kecuali jika anda dapat menerima apa adanya. Dan ini tidak selalu berarti bahwa anda menyukai kekurangan dan kelemahannya. Ini lebih berarti bahwa kelemahan dan kekurangan bukanlah kondisi akhir kepribadiannya, dan selalu ada peluang untuk berubah dan berkembang. Dengan perasaan itulah seorang ibu melihat bayinya. Apakah yg ia harap dari bayi kecil itu ketika ia merawatnya, menjaganya, dan menumbuhkannya? Apakah ia yakin bahwa kelak anak itu akan membalas kebaikannya? Tidak. Semua yg ada dlm jiwanya adalah keyakinan bahwa bayi ini punya peluang utk berubah dan berkembang. Dan karenanya ia menyimpan harapan besar dlm hatinya bahwa kelak hari-hari jugalah yg akan menjadikan segalanya lebih baik. Penerimaan positif itulah yang mengantar kita pada kerja mencintai selanjutnya ; pengembangan.

Pada mulanya seorang wanita adalah kuncup yg tertutup. Ketika ia memasuki rumah anda, memasuki wilayah kekuasaan anda, menjadi istri anda, menjadi ibu anak-anak anda; Andalah yg bertugas membuka kelopak kuncup itu, meniup nya perlahan, agar ia mekar menjadi bunga. Andalah yg harus menyirami bunga itu dengan air kebaikan, membuka semua pintu hati anda baginya, agar ia dapat menikmati cahaya matahari yg akan memberinya gelora kehidupan. Hanya dengan kebaikanlah bunga-bunga cinta bersemi. Dan ungkapan “Aku Cinta Kamu” boleh jadi akan kehilangan makna ketika ia dikelilingi perlakuan yang tidak simpatik dan mengembangkan. Apa yg harus anda berikan kepada istri anda adalah peluang utk berkembang, keberanian menyaksikan perkembangannya tanpa harus merasa superioritas anda terganggu. Ini tidak berarti anda harus memberi semua yang ia senangi, tapi berikanlah apa yg ia butuhkan. Tetapi setiap perkembangan harus tetap berjalan dlm keseimbangan. Dan inilah fungsi perawatan dari rasa cinta. Tidak boleh ada perkembangan yang mengganggu posisi dan komunikasi. Itulah sebabnya terkadang anda perlu memotong sejumlah yg sudah kepanjangan agar tetap terlihat serasi dan harmoni.

Hidup adalah simponi yg kita mainkan dengan indah. Maka, duduklah sejenak bersama dengan istri anda, tatap matanya lamat-lamat, dengarkan suara batinnya, getaran nuraninya, dan diam-diam bertanyalah pada diri sendiri : Apakah ia telah menjadi lebih baik sejak hidup bersama dengan anda? Mungkinkah suatu saat ia akan mengucapkan puisi Iqbal tentang gurunya : DAN NAFAS CINTANYA MENIUP KUNCUPKU… MAKA IA MEKAR MENJADI BUNGA…


http://ustadchandra.wordpress.com/2012/04/23/tulisan-cinta-sang-ustadz/

Bekerjalah Maka Keajaiban kan Datang

Judul di atas saya ambil dari salah satu judul buku yang ada di Dalam Dekapan Ukhwah karangan Salim A. Fillah. Saya begitu terkesan dengan buku ini terutama pada judul bagian ini “Bekerja Maka Keajaiban”, saya sangat suka sekali dan menjadi motivasi saya untuk melakukan sesuatu. Dalam buku tersebut dikisahkan tentang Kisah Hajar dan bayinya yang telah ditinggalkan oleh Ibrahim di suatu lembah. Langsung saja saya sharing kan ke teman-teman semua ya.. Sunyi kini menyergap kegersangan yang membakar, yang ada hanya pasir dan cadas yang membara. Tak ada pepohonan tempat bernaung. Tak terihat air untuk menyambung hidup. Tak tampak insane untuk berbagi kesah. Kecuali bayi itu. Isma’il. Dia kini mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan. Maka Hajar pun berlari, mencoba mengais jejak air untuk menjawab tangis putra semata wayangnya. Ada dua bukit di sana. Dan dari ujung ke ujung coba ditelisiknya dengan seksama. Tak ada. Sama sekali tak ada. Tapi dia terus mencari. Berlari. Bolak balik tujuh kali. Mungkin dia tahu, tak pernah ada air di situ. Mungkin dia hanya ingin menunjukkan kesungguhannya pada Allah. Sebagaimana telah ia yakinkan sang suami, “Jika ini perintah Allah, Dia takkan pernah menyia-nyiakan kami!” Maka keajaiban itu memancar. Zamzam! Bukan. Bukan dari jalan yang ia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan di antara Shafa dan Marwa. Air itu muncul justru dari kaki Isma’il yang bayi. Yang menangis. Yang haus. Yang menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita. Mari belajar pada Hajar bahwa makna kerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah. Mari bekerja keras seperti Hajar dengan gigih, dengan yakin. Bahwa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas ridhaNya yang Maha Kuasa. Dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki. Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga. Itu dia sedikit cerita yang saya kutip dari buku Dalam Dekapan Ukhwah karangan Salim A.Fillah. subhanallah bukan? Saya begitu takjub dengan kisah ini dan hikmah yang diambil. Benar memang jika kita bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu maka Allah pasti akan melihat kesungguhan kita dan akan memberikan hasil dari kesungguhan tersebut. Seperti mahfuzhat dalam bahasa Arab. “Man jadda wa jada”, “Barang siapa bersungguh-sungguh pasti ia akan mendapat”. Special thanks to Sallim A. Fillah.


http://ustadchandra.wordpress.com/2012/04/25/bekerjalah-maka-keajaiban-kan-datang/

Mengapa Kita Membutuhkan Hidayah?

Seberapa besarkah kebutuhan kita kepada hidayah? Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan setidaknya ada 10 alasan yang melatarbelakangi doa yang senantiasa kita panjatkan dalam sholat kita. Yaitu doa meminta hidayah. Beliau memaparkan:

Barangsiapa yang mencermati segala kerusakan yang menimpa alam semesta secara umum maupun khusus, niscaya dia akan menemukan bahwa itu semua muncul dari dua sumber utama ini (yaitu akibat kelalaian dan memperturutkan hawa nafsu, pent).

Adapun kelalaian, maka ia akan menghalangi seorang hamba dari mengetahui kebenaran sehingga membuatnya tergolong orang yang sesat. Adapun memperturutkan hawa nafsu akan memalingkannya dari mengikuti kebenaran sehingga membuatnya termasuk golongan orang yang dimurkai. Sedangkan orang yang dikaruniai nikmat itu adalah orang-orang yang diberi anugerah ilmu tentang kebenaran dan ketundukan untuk melaksanakannya serta mendahulukan hal itu di atas selainnya. Mereka itulah orang-orang yang berada di atas jalan keselamatan. Adapun selain mereka adalah orang-orang yang berada di atas jalan kehancuran.

Oleh sebab itulah Allah memerintahkan kita untuk mengucapkan setiap sehari semalam berkali-kali,“Ihdinash shirathal mustaqim, shirathalladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wa lad dhaalliin.”Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka. Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat.” (QS. al-Fatihah: 5-7)

Karena sesungguhnya seorang hamba sangat-sangat membutuhkan pengetahuan terhadap apa saja yang bermanfaat baginya dalam kehidupan dunia dan akheratnya. Sebagaimana dia juga sangat-sangat membutuhkan keinginan yang kuat sehingga bisa mendahulukan urusan yang bermanfaat baginya itu serta sebisa mungkin menjauhi segala hal yang membahayakan dirinya.

Dengan terkumpulnya kedua perkara ini maka sungguh dia telah mendapat petunjuk menuju jalan yang lurus itu. Apabila dia kehilangan ilmu tentangnya maka dia akan menempuh jalan orang-orang yang sesat. Dan apabila dia kehilangan tekad dan keinginan untuk mengikutinya maka dia telah menempuh jalan orang-orang yang dimurkai. Dengan begitu bisa diketahui betapa agung kedudukan doa ini dan betapa besar kebutuhan hamba terhadapnya, karena kebahagiaan hidup di dunia dan akherat semuanya tergantung pada hal ini.

Setiap hamba senantiasa membutuhkan hidayah dalam setiap waktu dan tarikan nafas, dalam segala urusan yang dia lakukan atau pun dia tinggalkan, karena sesungguhnya dia berada di antara berbagai keadaan yang dia pasti diliputi olehnya:

Pertama, hal-hal yang telah dia lakukan akan tetapi tidak mengikuti petunjuk akibat kebodohannya, maka dalam keadaan ini dia butuh untuk mencari hidayah kepada kebenaran dalam hal itu.

Kedua, dia sudah mengetahui hidayah dalam masalah itu, akan tetapi dia sengaja melanggarnya, maka dalam keadaan ini dia butuh untuk bertaubat dari kesalahannya.

Ketiga, hal-hal yang memang tidak diketahuinya baik ilmu maupun amalan yang benar padanya, sehingga dia pun kehilangan hidayah untuk mengilmui sekaligus mengamalkannya.

Keempat, hal-hal yang memang dia telah memperoleh sebagian hidayah dalam urusan itu akan tetapi belum sempurna, maka dia butuh untuk mendapatkan hidayah yang sempurna padanya.

Kelima, hal-hal yang dia telah mendapatkan hidayah terhadap pokok kebenaran dalam hal itu secara global saja, maka dia pun masih membutuhkan hidayah terhadap rincian-rinciannya.

Keenam, dia telah mendapatkan hidayah ‘menuju’ jalan yang lurus itu, maka dia pun masih membutuhkan hidayah untuk bisa berjalan ‘di atasnya’. Karena hidayah ‘menuju’ jalan itu lain, sedangkan hidayah ‘di atas’ jalan itu sesuatu yang lain lagi. Bukankah anda bisa melihat bahwasanya seseorang bisa jadi telah mengetahui bahwa jalan menuju negeri anu adalah jalan ini dan itu. Meskipun demikian dia tidak sanggup untuk menempuhnya. Karena untuk bisa menempuh jalan itu masih memerlukan hidayah yang lebih khusus lagi untuk bisa berjalan di atasnya. Seperti misalnya dengan melakukan perjalanan di waktu ini bukan di waktu yang itu, kemudian mengambil air di jarak sekian dengan jumlah sekian, lalu singgah di tempat ini bukan di tempat yang itu. Inilah hidayah yang dibutuhkan untuk bisa menempuh jalan itu yang terkadang diabaikan oleh orang yang sudah mengetahui jalan tersebut, sehingga dia pun gagal dan tidak berhasil mencapai tujuan.

Ketujuh, dia juga membutuhkan hidayah untuk hal-hal yang terkait dengan masa depannya sebagaimana yang dia dapatkan pada waktu yang telah berlalu.

Kedelapan, perkara-perkara yang dia tidak bisa meyakini apa yang benar dan batil dalam hal itu, oleh sebab itu dia masih membutuhkan hidayah kepada keyakinan yang benar di dalamnya.

Kesembilan, perkara-perkara yang telah diyakini olehnya bahwa dia berada di atas petunjuk akan tetapi sebenarnya dia berada di atas kesesatan dalam keadaan tidak menyadarinya. Dengan demikian dia membutuhkan hidayah dari Allah untuk bisa meninggalkan keyakinan tersebut.

Kesepuluh, hal-hal yang telah dia lakukan sebagaimana hidayah yang sebenarnya, maka dia pun masih membutuhkan hidayah untuk bisa berbagi hidayah itu kepada selainnya, agar bisa membimbing dan mengarahkannya. Karena apabila dia melalaikan hal itu niscaya dia akan kehilangan hidayah sekadar dengan kelalaiannya tadi. Sesungguhnya balasan itu serupa dengan jenis amalan. Semakin dia berjuang dalam memberikan hidayah dan ilmu kepada orang lain maka semakin besar perhatian Allah dalam memberikan hidayah dan ilmu kepada dirinya, sehingga dia akan bisa menjadi orang yang mendapat hidayah dan menyebarkannya.

Hal itu sebagaimana dalam doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan selainnya, “Ya Allah, hiasilah kami dengan perhiasan iman, dan jadikanlah kami orang yang memberikan hidayah dan terus diberi hidayah, tidak sesat dan tidak pula menyesatkan. Mendatangkan keselamatan kepada wali-wali-Mu dan memerangi musuh-musuh-Mu. Dengan cinta-Mu Kami mencintai orang yang mencintai-Mu. Dengan permusuhan-Mu kami akan memusuhi siapa saja yang menentang-Mu.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab ad-Da’awat sanadnya dilemahkan Syaikh al-Albani, tetapi sisi pendalilan dari hadits ini didukung oleh hadits yang lain)


http://ustadchandra.wordpress.com/2012/04/27/mengapa-kita-membutuhkan-hidayah/

Mengapa Perempuan Tidak Lebih Dari Satu Suami?

“Jika lelaki boleh beristri lebih dari satu, mengapa wanita tidak boleh bersuami lebih dari satu (poliandri)?”. Pertanyaan ini kadang terbesit dibenak kita atau bahkan digembar-gemborkan oleh sebagian aktifis feminis yang mengklaim sedang memperjuangkan kesetaraan gender. Mari kita simak jawabannya.

1. Ketentuan Dari Allah

Aturan bahwa wanita tidak boleh memiliki beberapa suami dalam satu waktu adalah ketentuan Allah Ta’ala. Tidak ada pilihan lain bagi seorang hamba yang beriman kepada Allah kecuali menaati dan menerima dengan sepenuh hati setiap ketentuan-Nya. Karena orang yang beriman kepada Allah-lah yang senantiasa taat dan tunduk kepada hukum agama. Allah berfirman,

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Hanya ucapan orang-orang beriman, yaitu ketika mereka diajak menaati Allah dan Rasul-Nya agar Rasul-Nya tersebut memutuskan hukum diantara kalian, maka mereka berkata: Sami’na Wa Atha’na (Kami telah mendengar hukum tersebut dan kami akan taati). Merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. An Nuur: 51)

Tidaklah apa yang Allah tentukan untuk hamba-Nya melainkan pasti memiliki hikmah yang besar bagi sang hamba. Namun sang hamba wajib pasrah kepada ketentuan itu baik tahu akan hikmahnya, maupun tidak tahu hikmahnya. Kaidah fiqhiyyah mengatakan:

الشَارِعُ لَا يَـأْمُرُ إِلاَّ ِبمَا مَصْلَحَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً وَلاَ يَنْهَى اِلاَّ عَمَّا مَفْسَدَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً

“Islam tidak memerintahkan sesuatu kecuali mengandung 100% kebaikan, atau kebaikan-nya lebih dominan. Dan Islam tidak melarang sesuatu kecuali mengandung 100% keburukan, atau keburukannya lebih dominan”

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata, “Kaidah ini meliputi seluruh ajaran Islam, tanpa terkecuali. Sama saja, baik hal-hal ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), baik yang berupa hubungan terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. An Nahl: 90)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setiap keadilan, kebaikan, silaturahim pasti diperintahkan oleh syariat. Setiap kekejian dan kemungkaran terhadap Allah, setiap gangguan terhadap manusia baik berupa gangguan terhadap jiwa, harta, kehormatan, pasti dilarang oleh syariat. Allah juga senantiasa mengingatkan hamba-Nya tentang kebaikan perintah-perintah syariat, manfaatnya dan memerintahkan menjalankannya. Allah juga senantiasa mengingatkan tentang keburukan hal-hal dilarang agama, kejelekannya, bahayanya dan melarang mereka terhadapnya” (Qawaid Wal Ushul Al Jami’ah, hal.27)

Adapun dalil tentang terlarangnya poliandri, diantaranya firman Allah Ta’ala:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا * وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاء إِلاَّ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ كِتَابَ اللّهِ عَلَيْكُمْ

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu” (QS. An Nisaa: 23-24)

Dalam Tafsir Ibni Katsir dijelaskan makna وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاء maksudnya: ‘Diharamkan bagimu menikahi para wanita ajnabiyah yang muhshanat yaitu yang sudah menikah’. Ibnu Katsir juga membawakan riwayat yang menjelaskan sebab turunnya ayat ini:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: أَصَبْنَا نِسَاءً مِنْ سَبْيِ أَوْطَاسَ، وَلَهُنَّ أَزْوَاجٌ، فَكَرِهْنَا أَنْ نَقَعَ عَلَيْهِنَّ وَلَهُنَّ أَزْوَاجٌ، فَسَأَلْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، فَنَزَلَتْ هذه الآية: {وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ} [قَالَ] فَاسْتَحْلَلْنَا فُرُوجَهُنَّ

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata: “Kami mendapat wanita dari suku Authas yang ditawan, para wanita itu memiliki suami lebih dari satu. Kami enggan bersetubuh dengan mereka karena mereka memiliki banyak suami. Kamipun bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam, lalu turunlah ayat (yang artinya) ‘Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki‘. Dengan itu kami pun mengganggap mereka halal dicampuri” (Tafsir Ibni Katsir, 2/256)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أَنَّ النِّكَاحَ فِي الجَاهِلِيَّةِ كَانَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَنْحَاءٍ …. وَنِكَاحٌ آخَرُ: يَجْتَمِعُ الرَّهْطُ مَا دُونَ العَشَرَةِ، فَيَدْخُلُونَ عَلَى المَرْأَةِ، كُلُّهُمْ يُصِيبُهَا، فَإِذَا حَمَلَتْ وَوَضَعَتْ، وَمَرَّ عَلَيْهَا لَيَالٍ بَعْدَ أَنْ تَضَعَ حَمْلَهَا، أَرْسَلَتْ إِلَيْهِمْ، فَلَمْ يَسْتَطِعْ رَجُلٌ مِنْهُمْ أَنْ يَمْتَنِعَ، حَتَّى يَجْتَمِعُوا عِنْدَهَا، تَقُولُ لَهُمْ: قَدْ عَرَفْتُمُ الَّذِي كَانَ مِنْ أَمْرِكُمْ وَقَدْ وَلَدْتُ، فَهُوَ ابْنُكَ يَا فُلاَنُ، تُسَمِّي مَنْ أَحَبَّتْ بِاسْمِهِ فَيَلْحَقُ بِهِ وَلَدُهَا، لاَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَمْتَنِعَ بِهِ الرَّجُلُ

“Pernikahan di masa Jahiliyah ada empat cara …(beliau lalu menyebutkannya)… jenis pernikahan yang lain (jenis ketiga) yaitu sejumlah orang yang jumlahnya kurang dari 10 berkumpul lalu masuk menemui seorang wanita. Setiap mereka menyetubuhinya. Setelah beberapa waktu sejak malam pengantin itu, jika ternyata ia hamil, ia pun memanggil semua suaminya. Tidak ada seorang pun dari suaminya yang dapat menghalangi, hingga semua suaminya berkumpul. Wanita itu berkata: ‘Wahai suamiku, kalian sudah tahu apa yang kalian telah lakukan kepadaku dan itu memang sudah hak kalian. Dan sekarang aku hamil. Dan anak ini adalah anakmu wahai Fulan’. Wanita itu menyebut salah satu nama suaminya sesuka dia, lalu menasabkan anaknya pada suaminya tersebut. Tidak ada seorang pun dari suaminya yang dapat menghalangi” (HR. Bukhari no.5127)

Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam menyifati poliandri sebagai perilaku jahiliyah. Sebagaimana dijelaskan para ulama :

كل ما نسب إلى الجاهلية فهو مذموم

“Setiap perkara yang dinisbatkan pada Jahiliyyah adalah sesuatu yang tercela”

Jadi, mengapa poliandri tidak dibolehkan? Jawabannya, karena Allah Ta’ala telah menentukan demikian. Satu jawaban ini sejatinya sudah cukup untuk menjawab pertanyaan tersebut bagi orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika masih ada yang penasaran lalu bertanya lagi ‘kenapa sih koq bisa-bisanya Allah menentukan demikian?‘, jawablah dengan firman Allah Ta’ala :

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Allah tidak ditanyai oleh hamba, namun merekalah yang akan ditanyai oleh Allah” (QS. Al Anbiya: 23)

2. Lelaki adalah pemimpin keluarga

Islam juga mengatur bahwa lelaki adalah pemimpin rumah tangga. Allah Ta’ala berfirman:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisaa: 34)

Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam juga bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“Setiap kalian adalah orang yang bertanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang imam adalah orang yang bertanggung jawab dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang wanita bertanggung jawab terhadap urusan di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya” (HR. Bukhari 893, Muslim 1829)

Oleh karena itu, seorang istri wajib taat kepada suaminya selama bukan dalam perkara maksiat. Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, taat kepada suaminya akan dikatakan padanya kelak: ‘Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau inginkan’” (HR. Ahmad 1661, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ 1/660)

Nah, jika seorang wanita memiliki lebih dari satu suami, apakah organisasi rumah tangga akan berjalan dengan banyak pemimpin? Suami mana yang akan ditaati? Bagaimana jika para suami berselisih dan memberi perintah berlainan?

3. Cobaan terbesar bagi lelaki adalah wanita, namun tidak sebaliknya

Cobaan terbesar dan terdahsyat serta paling menjatuhkan seorang lelaki pada titik terendahnya adalah wanita. Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam sering kali mewanti-wanti hal ini. Beliau bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan cobaan yang paling berbahaya bagi kaum lelaki selain wanita” (HR. Bukhari 5096, Muslim 2740)

Beliau Shallallahu’alahi Wasallam juga bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah menyerahkannya kepada kalian untuk diurusi kemudian Allah ingin melihat bagaimana sikap kalian terhadapnya. Berhati-hatilah dari fitnah dunia dan waspadalah terhadap wanita. Karena cobaan pertama yang melanda Bani Israil adalah wanita” (HR. Muslim 2742)

Tentang godaan setan, Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

“Sesungguhnya tipu-daya setan itu lemah” (QS. An Nisaa: 76)

Namun tentang godaan wanita, Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya godaan wanita itu sangat dahsyat” (QS. Yusuf: 28)

Oleh karena itulah Allah Al Hakim, Yang Maha Bijaksana, mensyariatkan poligami (baca: poligini) bagi laki-laki sebagai salah satu jalan untuk meringankan cobaan dari godaan wanita. Namun sebaliknya, tidak kita dapati dalil yang menunjukkan bahwa cobaan terbesar wanita adalah godaan pria. Ini adalah salah satu hikmah mengapa poliandri tidak disyariatkan.

4. Menjaga kejelasan nasab

Dalam Islam, anak dinasabkan kepada ayahnya. Dan masalah nasab ini sangat urgen dalam Islam. Sampai-sampai mencela nasab dan menasabkan diri kepada selain ayah kandung dikategorikan oleh para ulama sebagai perbuatan dosa besar. Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda :

مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، وَهُوَ يَعْلَمُ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ

“Barangsiapa menasabkan diri kepada selain ayah kandungnya, padahal ia tahu ayah kandungnya, maka surga haram baginya” (HR. Bukhari 4326, Muslim 63)

Sebagaimana juga hadits marfu’ dari Ibnu ‘Umar Radhiallahu’anhu:

خِلاَلٌ مِنْ خِلاَلِ الجَاهِلِيَّةِ الطَّعْنُ فِي الأَنْسَابِ وَالنِّيَاحَةُ

“Diantara perbuatan orang Jahiliyyah adalah mencela nasab” (HR. Bukhari 3850)

Di antara sebabnya, nasab menentukan banyak urusan, seperti dalam pernikahan, nafkah, pembagian harta warisan, dll.

Jika satu wanita disetubuhi oleh beberapa suami, maka tidak jelas anak yang lahir dari rahimnya adalah hasil pembuahan dari suami yang mana, sehingga tidak jelas akan dinasabkan kepada siapa.

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata: “Pernyataan ‘laki-laki dibolehkan menikahi empat orang wanita, namun wanita tidak dibolehkan menikahi lebih dari satu lelaki‘, ini adalah salah satu bentuk kesempurnaan sifat hikmah dari Allah Ta’ala kepada mereka. Juga bentuk ihsan dan perhatian yang tinggi terhadap kemaslahatan makhluk-Nya. Allah Maha Tinggi dan Maha Suci dari kebalikan sifat tesebut. Syariat Islam pun disucikan dari hal-hal yang berlawanan dengan hal itu. Andai wanita dibolehkan menikahi dua orang lelaki atau lebih, maka dunia akan hancur. Nasab pun jadi kacau. Para suami saling bertikai satu dengan yang lain, kehebohan muncul, fitnah mendera, dan bendera peperangan akan dipancangkan” (I’laamul Muwaqqi’in, 2/65)

Beberapa Syubhat

1. Jika yang menjadi kekhawatiran adalah percampuran nasab, bukankah sekarang sudah ada tes DNA?

Syaikh Abdullah Al Faqih hafizhahullah menjawab pertanyaan ini: ”Poliandri dapat menjadi sebab terjangkitnya berbagai penyakit berbahaya seperti AIDS atau yang lainnya. Selain itu, tidak adanya keteraturan dalam rumah tangga karena tidak adanya patokan nasab dan anak-anak pun menjadi kacau. Adapun pemeriksaan medis yang sebutkan itu (cek DNA), tidak bisa dipastikan 100%. Sehingga tidak bisa menjadi sandaran secara syar’i dalam penetapan nasab atau dalam mengingkarinya”. (Fatawa IslamWeb no.112109, http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=112109)

2. Kalau lelaki punya keinginan kepada banyak wanita karena alasan syahwat, bukankah wanita juga punya syahwat?

Ibnul Qayyim berkata, “Jika ada yang berkata ‘Mengapa hanya memperhatikan dan mengangkat sisi kaum lelaki saja, serta hanya memenuhi kebutuhan syahwat lelaki saja sehingga mereka bisa berganti dari istri yang satu kepada istri yang lain sesuai kebutuhan syahwatnya? Padahal wanita juga memiliki panggilan syahwat‘. Kita jawab, wanita itu sebagaimana kebiasaan mereka wajahnya terlindungi oleh cadar dan berada di rumah-rumah mereka, gejolak mereka pun lebih dingin dibanding laki-laki, pergerakan lahir dan batin mereka lebih sedikit dibanding laki-laki, oleh karena itulah lelaki yang diberi kekuatan dan gejolak panas yang merupakan kunci penguasaan syahwat. Itu diberikan kepada laki-laki dalam jumlah yang lebih besar. Bahkan kaum laki-laki pun mendapat cobaan karena hal itu, sedangkan wanita tidak. Sehingga dimutlakkan bagi laki-laki berupa banyaknya jumlah pernikahan yang bolehkan (dalam satu waktu) sedangkan wanita tidak. Ini adalah hal yang dikhususkan dan dilebihkan oleh Allah untuk kaum laki-laki. Sebagaimana juga Allah utamakan mereka dalam hal pengembanan risalah, kenabian, khilafah, kerajaan, kepemimpinan hukum, jihad dan hal lainnya.

Allah juga menjadikan lelaki pemimpin bagi wanita, yang berkewajiban menjaga maslahah istrinya dan menjalani berbagai resiko dalam mencari penghidupan istrinya. Mereka menunggang kuda, menjelajah gurun, menghadapi berbagai bencana dan ujian demi kemaslahatan sang istri. Allah Ta’ala itu Syakuur (Sebaik-baik Pemberi Ganjaran) dan Haliim (Maha Pemurah). Sehingga Allah memberi balasan kepada kaum lelaki berupa kebolehan berpoligami, dan mengganti segala kesusahan mereka itu dengan membolehkan hal-hal yang tidak dibolehkan bagi wanita. Dan anda yang berkata, jika anda membandingkan antara cobaan bagi lelaki berupa lelah-letih, kerja keras, kesusahan yang dialami kaum lelaki demi masalahat istrinya dengan cobaan yang dialami kaum wanita yang berupa kecemburuan, anda akan dapatkan bahwa apa yang dialami kaum lelaki itu jauh lebih besar kadarnya. Inilah salah satu bentuk sempurnanya keadilan, kebijaksanaa dan kasih sayang Allah Ta’ala. Segala puji bagi Allah sebab memang Dialah yang memiliki segala pujian” (I’laamul Muwaqqi’in, 2/65-66)

3. Syahwat wanita lebih besar dari syahwat lelaki

Karena syahwat wanita lebih besar dari lelaki, maka bagi wanita tidak cukup hanya satu suami. Demikian bunyi salah satu syubhat. Ibnul Qayyim membantah pernyataan ini: “Adapun perkataan seseorang bahwa syahwat wanita lebih besar dari syahwat lelaki, ini tidak benar. Syahwat itu sumbernya dari hawa panas. Hawa lelaki lebih panas dari wanita. Namun wanita, jika ia sendiri, kesepian, dan ia tidak bisa menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan syahwat dan memuaskan dirinya, maka ia pun dapat ditenggelamkan oleh syahwat sehingga syahwat menguasai dirinya. Ketika tidak ada hal yang dapat menjadi pelampiasan, bahkan disertai perasaan kesepian, maka bisa terjadi apa yang terjadi. Sehingga ketika itu disangkalah bahwa syahwat wanita lebih besar dari laki-laki. Ini tidak benar. Telah dibuktikan bahwa lelaki bisa mencampuri istrinya lalu mencampuri istrinya yang lain dalam satu waktu.

كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ

‘Nabi Shallallahu’alaihi Wasalam biasa menggilir istri-istrinya dalam satu malam‘

Bahkan Nabi Yusuf menggilir 90 orang istrinya dalam satu malam. Dan sudah kita ketahui bersama bahwa wanita biasanya hanya memiliki satu kali klimaks. Jika seorang lelaki telah memuaskan seorang wanita, hingga terpenuhi syahwatnya, dan hilang nafsunya, wanita tersebut tidak akan meminta yang lain ketika itu. Maka, sifat demikian sesuai dengan hikmah dari takdir Allah dan hikmah ketetapan syariat bagi hamba dan ummat” (I’laamul Muwaqqi’in, 2/66)

http://ustadchandra.wordpress.com/2012/05/08/mengapa-perempuan-tidak-lebih-dari-satu-suami/