25 Maret 2012

Gundah

Subuh tadi saya melewati sebuah rumah, 50 meter dari rumah saya dan melihat seorang isteri mengantar suaminya sampai pagar depan rumah. “Yah, beras sudah habis loh…” ujar isterinya. Suaminya hanya tersenyum dan bersiap melangkah, namun langkahnya terhenti oleh panggilan anaknya dari dalam rumah, “Ayah…, besok Agus harus bayar uang praktek”.

“Iya…” jawab sang Ayah. Getir terdengar di telinga saya, apalah lagi bagi lelaki itu, saya bisa menduga langkahnya semakin berat.

Ngomong-ngomong, saya jadi ingat pesan anak saya semalam, “besok beliin lengkeng ya” dan saya hanya menjawabnya dengan “Insya Allah” sambil berharap anak saya tak kecewa jika malam nanti tangan ini tak berjinjing buah kesukaannya itu.


Di kantor, seorang teman menerima SMS nyasar, “jangan lupa, pulang beliin susu Nadia ya”. Kontan saja SMS itu membuat teman saya bingung dan sedikit berkelakar, “ini, anak siapa minta susunya ke siapa”. Saya pun sempat berpikir, mungkin jika SMS itu benar-benar sampai ke nomor sang Ayah, tambah satu gundah lagi yang bersemayam. Kalau tersedia cukup uang di kantong, tidaklah masalah. Bagaimana jika sebaliknya?

Banyak para Ayah setiap pagi membawa serta gundah mereka, mengiringi setiap langkah hingga ke kantor. Keluhan isteri semalam tentang uang belanja yang sudah habis, bayaran sekolah anak yang tertunggak sejak bulan lalu, susu si kecil yang tersisa di sendok terakhir, bayar tagihan listrik, hutang di warung tetangga yang mulai sering mengganggu tidur, dan segunung gundah lain yang kerap membuatnya terlamun.

Tidak sedikit Ayah yang tangguh yang ingin membuat isterinya
tersenyum, meyakinkan anak-anaknya tenang dengan satu kalimat, “Iya, nanti semua Ayah bereskan” meski dadanya bergemuruh kencang dan otaknya berputar mencari jalan untuk janjinya membereskan semua gundah yang ia genggam.

Maka sejarah pun berlangsung, banyak para Ayah yang berakhir di tali gantungan tak kuat menahan beban ekonomi yang semakin menjerat cekat lehernya. Baginya, tali gantungan tak bedanya dengan jeratan hutang dan rengekan keluarga yang tak pernah bisa ia sanggupi. Sama-sama menjerat, bedanya, tali gantungan menjerat lebih cepat dan tidak perlahan-lahan.

Tidak sedikit para Ayah yang membiarkan tangannya berlumuran darah sambil menggenggam sebilah pisau mengorbankan hak orang lain demi menuntaskan gundahnya. Walau akhirnya ia pun harus berakhir di dalam penjara. Yang pasti, tak henti tangis bayi di rumahnya, karena susu yang dijanjikan sang Ayah tak pernah terbeli.

Tak jarang para Ayah yang terpaksa menggadaikan keimanannya, menipu rekan sekantor, mendustai atasan dengan memanipulasi angka-angka, atau berbuat curang di balik meja teman sekerja. Isteri dan anak-anaknya tak pernah tahu dan tak pernah bertanya dari mana uang yang didapat sang Ayah. Halalkah? Karena yang penting teredam sudah gundah hari itu.

Teramat banyak para isteri dan anak-anak yang setia menunggu
kepulangan Ayahnya, hingga larut yang ditunggu tak juga kembali. Sementara jauh disana, lelaki yang isteri dan anak-anaknya setia menunggu itu telah babak belur tak berkutik, hancur meregang nyawa, menahan sisa-sisa nafas terakhir setelah dihajar massa yang geram oleh aksi pencopetan yang dilakukannya. Sekali lagi, ada yang rela menanggung resiko ini demi segenggam gundah yang mesti ia tuntaskan. Sungguh, diantara sekian banyak Ayah itu, saya teramat salut dengan
sebagian Ayah lain yang tetap sabar menggenggam gundahnya,
membawanya kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi, mengadukannya dalam setiap sujud panjangnya di pertengahan malam, hingga membawanya kembali bersama pagi. Berharap ada rezeki yang Allah berikan hari itu, agar tuntas satu persatu gundah yang masih ia genggam. Ayah yang ini, masih percaya bahwa Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada dalam kekufuran akibat gundah-gundah yang tak pernah usai. Para Ayah ini, yang akan menyelesaikan semua gundahnya tanpa harus menciptakan gundah baru bagi keluarganya. Karena ia takkan menuntaskan gundahnya dengan tali gantungan, atau dengan tangan berlumur darah, atau berakhir di balik jeruji pengap, atau bahkan
membiarkan seseorang tak dikenal membawa kabar buruk tentang dirinya yang hangus dibakar massa setelah tertangkap basah mencopet.

Dan saya, sebagai Ayah, akan tetap menggenggam gundah saya dengan senyum. Saya yakin, Allah suka terhadap orang-orang yang tersenyum dan ringan melangkah di balik semua keluh dan gundahnya. Semoga.


http:/banypurnama.blogspot.com/2010/12/gundah.html

Belajar berkata 'cukup'

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisamengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “cukup”. Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan di sana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup. Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata “cukup”.
 Kapankah kita bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang.Kapankah kita bisa berkata cukup? Cukup bukanlah soalberapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. “Cukup” jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia. Belajarlah untuk berkata “Cukup”..


http://banypurnama.blogspot.com/2010/12/Belajar berkata 'cukup'.html

Kasih Sayang Itu Telah Mengubah Sikapnya

Ada satu kisah seorang pemuda yang sejak kecil berprilaku kasar dengan orang lain, memperlakukan buruk kepada siapapun. Kata-katanya seringkali menyakiti hati orang lain. Pemuda itu tinggal disatu kontrakan yang dikelola oleh seorang bapak paruh baya dan istrinya. Karena perilakunya yang buruk membuat dirinya dijauhi oleh setiap orang. Sampai pada satu hari, ditengah malam pemuda itu mengalami sakit perut. Ditengah kesakitannya berteriak-teriak dengan kerasnya. Membuat setiap penghuni kontrakan terbangun, termasuk sang pemilik kontrakan.
Kemudian pemuda itu dibawa ke rumah sakit, setelah diperiksa dokter mengatakan bahwa pemuda itu menderita radang usus yang harus dioperasi dengan segera. bila tidak, bisa berakibat kematian pada dirinya. Pemilik kontrakan memutuskan menanggung semua biaya operasi. Sampai operasi itu dilaksanakan berjalan dengan lancar.
Dengan sabarnya pemilik kontrakan dan istrinya menjaganya. Menyuapinya dan mengelap tubuhnya. Berhari-hari mereka menjaga pemuda itu. ia diizinkan pulang. Ketika berada dirumah kontrakan tidak dibiarkan begitu saja sampai dirinya benar-benar pulih dan sehat kembali.
Kasih sayang pasangan suami istri pemilik kontrakan telah membuat pemuda itu menjadi berubah. prilakunya yang kasar mulai ditinggalkan. Kata-kata yang tidak pantas sudah tidak lagi diucapkan. Ibadah sholatnya semakin rajin. Pemilik kontrakan bersyukur kepada Allah karena ada perubahan positif pada dirinya. Seriring waktu berjalan. Pemuda itu menyelesaikan kuliahnya dan diterima bekerja pada sebuah perusahaan ternama yang ditempatkan diluar kota. Memaksanya harus berkemas dari kontrakan. Sebelum keluar untuk berpamitan, pasangan suami istri pemilik kontrakan telah menunggu dan menangis.
Istri pemilik kontrakan bertanya, 'Sudahkah semua barang kau kemasi?' pemuda itu menjawab, 'Sudah.' Ibu itu berkata,' tapi masih ada dua koper lagi..'Pemuda itu terkejut mendengarnya. 'Dua koper yang mana lagi?' tanyanya terheran. ' Sang Ibu pemilik kontrakan menjawabnya, 'Koper pertama, berisi cinta kami kepadamu dan koper kedua, berisi cintamu kepada kami. Bagaimanapun kamu tidak akan sanggup membawanya pergi karena semua itu ada di dalam hati kami.' Pemuda itu menangis, meneteskan air mata, merasakan cinta dan kasih sayang mereka. Dirinya berjanji akan senantiasa mengunjungi mereka karena sudah dinggapnya seperti orang tuanya sendiri. Cinta dan kasih sayang mereka yang tulus telah merubah sikapnya menjadi lebih baik. Subhanallah.


http://banypurnama.blogspot.com/2010/12/kasih-sayang-itu-telah-mengubah.html 

Semua Terdapat Tidak Jauh Darimu

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Apa yang kau cari disana? ternyata berada di depan dirimu.
Apa yang kau mau disana? ternyata tidak jauh dari dirimu.
Apa yang kau bingungkan disana? ternyata hanya dalam pikiranmu.
Apa yang kau harapkan disana? ternyata ada dalam setiap usahamu.
Apa yang kau inginkan di sana? ternyata tepat terdapat dalam dirimu.
Sebenarnya semakin lelah kau mencari sebesar itulah yang tak pernah kau dapatkan.
Dan apa yang kau telah dapatkan, itulah yang harus kau nikmati…
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Dan sesungguhnya tidak perlu dicari lagi apa yang seharusnya menjadi ‘milikmu’, pasti akan dapat menjadi ‘milikmu’ cepat lambat itu hanya waktu. Sebaliknya apa yang bukan milikmu, Walau kau kejar, semakin jauh… Cepat atau lambat hanya lelah yang kau dapatkan…
Syukurilah apa yang telah kau dapatkan… merasa puaslah atas segala yang telah diusahakan. terus berusaha mengisi setiap harimu dengan hal yang bermanfaat, dengan segala motivasi dari ‘perubahan diri’ untuk lebih bijaksana lagi dalam berpikir, bertindak dan bersikap.
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Percayalah apa yang kau butuhkan berada selalu di dekatmu dan tidak pernah meninggalkanmu, hanya menunggu waktu yang tepat untuk berbuah sesuai dengan apa yang kau tanam. Bahkan kekuatan ter’agung’ sekalipun berada tepat di dalam dirimu dan tidak pernah meninggalkan dirimu.


http://banypurnama.blogspot.com/2010/12/semua-terdapat-tidak-jauh-darimu.html 

Dua Sisi Dalam Diri Kita

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Seseorang mungkin saja menghiasi hati kita, dengan canda tawanya, dengan cinta kasihnya, dengan perhatiannya. Pada saat itu hanya kebahagiaan dan kebahagiaan yang kita rasakan. Tetapi sadarilah semua orang tidak selamanya dalam keadaan yang sama. Suka dan Duka selalu berganti, senang dan sedih itu satu paket. Jadi seseorang pun dapat berubah menjadi seseorang yang tidak kita harapkan. Ia pun dapat menghiasi kita dengan emosinya, amarahnya, kebenciannya, kekalutannya, keserakahannya, dan mungkin kekanak-kanakannya. dan pada saat itulah ‘neraka’ berada di depan kita. Lemang tidak mudah untuk menerima dua sisi kehidupan ini…
Manusia memiliki sifat, dan sifat itu terdiri dari dua sisi. baik dan buruk. siapa yang biasa melatih sisi baiknya maka kelihatan ia akan memiliki mood yang selalu baik, ia akan menjadi sahabat yang menyenangkan, menjadi orang yang memberikan motivasi bagi hidup kita. tetapi bukan berarti ia tidak memiliki sisi buruk. Sisi buruknya pun dapat muncul sewaktu-waktu, dan karena sisi baiknya telah memberikan aura yang kuat bagi dirinya maka sisi buruk jarang memiliki kesempatan untuk keluar. tetapi jangan senang dulu, begitu sisi buruk ini dapat keluar, ia mungkin akan menjadi sesuatu yang ‘luar biasa’, jadi… sadarilah.. orang yang ramah pun masih memiliki emosi, jangan pancing dia untuk emosi maka bisa ‘meledak’. Orang sabar pun, bisa kehilangan kesabarannya, jadi jangan pancing dia untuk terus-terusan menahan kesabarannya… hehehhehe…. ternyata susah juga jadi orang baik yah hehehhee… ini juga ’sadari’ dan lihatlah sewajarnya jadi kamu tidak kecewa bila melihat sahabatmu yang paling baik sekalipun masih bisa marah, bisa kesel dan bisa ‘ngamuk’ .
Demikian dengan orang yang memiliki sifat yang kurang baik, bukan berarti dia tidak memiliki sifat baik…, hanya saya ia akan sulit untuk mengontrol sisi baiknya tersebut… karena auranya lebih dominan dengan sisi buruk. Sekuat-kuatnya ia berbuat baik, tetap saja terlihat buruk oleh orang lain, karena ia tidak mampu mengekpresikan sifat baiknya. setulus-tulusnya ia mengerjakan sesuatu tetap masih dilihat tidak tulus oleh mereka yang dibantunya… karena ia pun tidak mampu mengekspresikan ketulusan itu sendiri. Akhirnya ia akan beranggapan dari pada tanggung berbuat baik, lebih baik tidak sama sekali.
Nah sebagai sahabat, sudah sebaiknya kita belajar untuk membantu mereka yang memiliki sifat yang seperti ini untuk memberikan kondisi yang baik kepadanya. memberikan kesempatan kepadanya untuk terus mencoba dan mencoba. Hasilnya jangan kaget, bila sesorang yang dengan tekad yang kuat dan bantuan dari semuanya, bisa berubah menjadi orang yang menyenangkan. karena secara pengalaman orang seperti ini lebih berwarna, memiliki banyak pengalaman, dan begitu menemukan cinta kasih dan kasih sayang yang tulus dari sahabat yang membantunya.. percayalah auranya akan berubah dari merah tua menjadi merah muda… ‘pink’ colour telah mewarnai hidup barunya….
Setelah membaca catatan ini percayalah tidak ada yang tidak bisa berubah, semua bisa menjadi indah atau tidak tergantung bagaimana kita memerankan dua sisi dalam hidup kita. Semua itu butuh perhatian khusus dan tidak mudah.
"Lebih sulit mempertahankan kebaikan, dan lebih mulia lagi mengubah keburukan menjadi keindahan……"
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

http://banypurnama.blogspot.com/2010/12/dua-sisi-dalam-diri-kita.html

Tukang Kayu dan Arlojinya

Ada seorang tukang k`yu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu.
Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya.
Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan.
Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.
Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut.
Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia.
Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu."Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?", tanya si tukang kayu."Saya hanya duduk secara tenang di lantai.
Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu.Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam "kesibukan dan kegaduhan".
Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai melangkah menghadapi setiap permasalahan."Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin."


http://banypurnama.blogspot.com/2010/12/tukang-kayu-dan-arlojinya.html 

Menyerah Sebelum Perang...?

TERJADI dialog antara pembuat jam dengan jam yang sedang dibuatnya.
Pembuat jam berkata, “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak sebanyak 31.536.000 (Tiga puluh satu juta lima ratus tiga puluh enam ribu) kali dalam setahun?”, jam itu tersentak, “Enggak mungkinlah saya berdetak sebanyak itu!?”
“Baiklah, bagaimana kalau 86.400 (delapan puluh enam ribu empat ratus) kali dalam sehari?” tawar pembuat jam.
“Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang kecil-kecil begini?” jawab jam penuh keraguan.
“Kalau begitu cukup berdetak 3.600 (tiga ribu enam ratus) kali dalam satu jam, pasti kamu sanggup!” pinta si pembuat jam lagi.
“Sepertinya saya masih belum sanggup berdetak sebanyak itu dalam sejam.” Jam masih saja bimbang dengan kemampuannya.
Akhirnya si pembuat jam berkata, “Sudahlah, sanggupkah kamu berdetak satu kali saja setiap detik?” Jam itu sontak menjawab, “Naah, kalau cuma sekali sedetik sih aku sanggup, kapan aku mulai bekerja?”. “Sekarang!”, seru pembuat jam.
Setelah selesai dibuat, jam itu pun berdetak satu kali setiap detik. Lalu berdetak terus sampai 3.600 kali dalan satu jam. Berlanjut lagi sampai 86.400 kali dalam sehari. Dan tanpa terasa jam itu telah berdetak 31.536.000 kali dalam setahun.
Hikmah dan Pelajaran
Belajar dari jam, kadangkala kita ragu terhadap tugas dan pekerjaan yang kita anggap terlalu berat untuk dilakukan, padahal kita belum mencobanya. Karena itu jangan pernah berkata ‘tidak bisa’ terhadap setiap pekerjaan yang kita anggap berat dan sulit. Sebenarnya kita hanya butuh keberanian untuk mencoba, selanjutnya semua berjalan dan mengalir seperti air.
Banyak gagasan dan pekerjaan besar yang terasa berat untuk dimulai. Maka cobalah memulai dari hal yang kecil dan ringan. Kemudian mulailah membangun sistem dan mekanisme kerja yang baik agar segala sesuatunya berjalan dengan maksimal dan agar keberhasilan itu juga berguna bagi orang-orang di sekitar kita.


http://banypurnama.blogspot.com/2010/12/menyerah-sebelum-perang.html 

"Apakah Ukuran Baik dan Buruk Sesuatu?"

Setiap mahluk dalam menjalani hidup ini pastilah tidak akan lepas dari apa yang disebut dengan baik dan buruk. Namun apakah kebaikan itu? Dan apakah keburukan itu? Lalu apakah kebaikan yang ada pada manusia dan mahluk yang lain itu sama? Dan Apakah kebaikan pada posisi materi dan imateri ( Jiwa ) itu sama?
Di dalam note ini, kebaikan di definiskan dengan segala sesuatu yang menunjang hidup, keberadaan dan kesempurnaan.
Sedangkan keburukan adalah segala sesuatu yang menerangkan atau menyebabkan ketiadaan dan ketidak sempurnaan.
Ukuran umum kebaikan dan keburukan disini akan di bagi pada 3 ( tiga ) bagian wujud mahluk, yaitu : Manusia, Hewan dan Golongan yang tidak memiliki rasa.
1.Manusia
Sesuatu yang dianggap baik bagi manusia adalah apa saja yang di butuhkan dan di senangi manusia maka akan di katakana baik.
Contoh : Hidup, Kaya, Mata, Ilmu, makanan dan lain sebagaianya.
Dan apa saja yang merugikan dan tidak di sukai maka akan dikatakan buruk.
Contoh : Mati, Buta, Miskin, Jahil, Kelaparan dan lain sebagaianya.
2. Hewan
Bagi hewan kebaikan adalah apa saja yang sesuai dengan Hewan secara umum, maka akan dikatakan Baik.
Contoh : Rumput baik untuk Sapi
Jagung baik untuk Burung
Dll
Dan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Hewan secara umum, maka akan di katakana Buruk.
Contoh : Bakteri merugikan, Penyakit, Patah kaki, dan lain sebagainya.
3. Golongan yang tidak punya rasa ( Tumbuhan dll )
Disini yang di katakana baik bagi Golongan ini adalah apa saja yang tidak merusak dengannya, maka akan di katakana baik.
Contoh : Dedaunan di katakana baik untuk Pohon ataupun tanah.
Dan apa saja yang dapat merusak golongan ini maka akan masuk dalam kategori Buruk.
Dengan ini maka kebaikan pada setiap dari ketiga golongan wujud ini ternyata berbeda dan kadang suatu hal yang merupakan kebaikan bagi satunya namun merupakan keburukan bagi selainnya, seperti Ikan adalah kebaikan bagi manusia untuk menjadi makanan tapi bagi ikan sendiri itu merupakan keburukan dan begitu juga dedaunan merupakan kebaikan untuk kambing tapi merupakan keburukan bagi pohon dan begitulah seterusnya.
Akan tetapi apakah berhenti sampai di sini saja kah kebaikan dan keburukan itu?
Ya, bagi selain manusia.
Namun bagi manusia selain kebaikan dan keburukan yang telah disebutkan diatas ternyata masih ada jenis kebaikan dan keburukan yang lain lagi bagi manusia yang membedakannya dengan golongan yang lain.
Yaitu kebaikan dan keburukan secara spiritual. Sebab apa yang di sebutkan di atas adalah kebaikan dan keburukan dari sisi materi.
Sedangkan manusia menyadari adanya realita spiritual di dalamnya, tidak seperti Hewan atau golongan yang tidak memiliki rasa, mereka tidak menyadari adanya realita spiritual di dalam dirinya sehingga segala kebaikan dan keburukan hanyalah sebatas materi saja.
Dan sisi spiritual manusia ini pun tidak akan terlepas dari baik dan buruk.
Sehingga ada sesuatu yang menunjang kebaikan pada sisi spiritual manusia dan ada juga sesuatu yang menunjang keburukan pada sisi spiritual manusia, sehingga bagaimanakah kita tahu sesuatu itu menunjang kebaikan spiritual bagi manusia atau sesuatu itu menunjang keburukan bagi manusia?
Untuk itulah kemudia Allah mengirim para Rosulnya ke muka bumi ini untuk mendidik manusia mencapai kesempurnaan secara spiritual yang kemudia ajarannya kita kenal dengan sebutan Agama. Jadi tolak ukur kebaikan dan keburukan secara spiritual bagi manusia adalah terletak pada aturan-aturan Agama yang di sampaikan oleh para Rosul Allah dan hal inilah yang membedakan antara manusia dan dua golongan lainnya.
Maka apabila ada manusia yang hanya mencapai kebaikan dan kesempurnaan secara materi dan tidak berusaha mencapai kebaikan dan kesempurnaan secara sepiritual sekaligus, dapat di katakana tidak ada pembeda antara ketiga wujud tersebut, yaitu wujud manusia, hewan dan golongan tidak memeliki rasa.

http://banypurnama.blogspot.com/2010/12/apakah-ukuran-baik-dan-buruk-sesuatu.html

Cinta dan Umur

Hem! Mencoba bercerita akan hari-hari beberapa tahun lalu ketika daku masih berstatus ‘SingleҀ�, yang well cukup menarik untuk diceritakan, sebenernya mo dari kemarin-kemarin ceritanya, apa daya tugas kuliah bejubel dan kerjaan yang seabrek menghambat jari ini untuk menulis dan bercerita.
Sekarang aku mau cerita tentang percakapanku yang cukup menarik dengan 2 temen sekelasku, Fara dan Dhea. Entah bagaimana bisa percakapan kami ini berawal, ya ujug-ujug aja kita ngomongin masalah ginian. Ok lah, pertamanya Fara pamer katanya dia punya kenalan orang asing di sebuah situs internid yang jadi penyedia pertemanan dengan foreign alias orang asing dari negeri antah berantah sonoh. Dia dengan semangadh empat limanya mempromosikan 'keasyikan' berteman dengan para bule-bule itu,
"Bikin penpalsblahblahblahdotkom deh, seruuu tauuu..", ampe ujan lokal dah tuh mulutnya berbusa saking semangadhnya. Padahal waktu itu udah hampir tengah hari di mana matahari lagi garang-garangnya.
"Oh, temenan ama bule gitu ya.. pernah denger sih..", aku nanggepin dengan acuh tak acuh. Gak minat banget juga sih, for what? Yang ada ntar malah kagak jelas juntrungannya lagi. Dhea yang les inggris-nya begitu masuk langsung level 10 aja cuma adem ayem ajah, nampak mimik mukanya berkata: "Kagak tertarik, gw tertarik ama anak cina yang ada di korea sonoh ”. Entah maksud dia 'To Ming Se' atau 'Tom n Jerry' daku kagak ngerti..:D. . Kami pun berada dalam keheningan sesaat.
"Aku kemaren liat kamu wall-wallan di FB ama siapa tuh namanya? Panji Katrok Batok Golok apaaa gitu...", aku membuka percakapan lagi, ngomong ke Fara menanyakan nama cowoknya yang entah kenapa aku selalu salah nyebutinnya :D.
"Panji Kartiko Bagol Blook, Ichaaaaa...", si Fara histeris, mencak-mencak karna aku untuk keseribu sekian kalinya salah mengucapkan nama cowoknya. Ya maap, abis nama meuni susah gitu, yakin dah itu bukan nama aseli hheu...
Keheningan menyergap kami lagi.
Fara pun angkat bicara lagi, "Gw di penpals itu dapet temen cowok dari turkey, ganteeeenggggg banget tauuuukkkk...", masya ALLAH nih anak, histerisnya kagak nahan dah. Ultrasonik abis suaranya. Lebih dari 20 KHz, hanya dapat dimengerti lumba-lumba dan kelelawar, [lah kok aku bisa denger, berarti aku........? ] hehe.. pissdotyeah. "Wew...", aku menanggapi biasa. Dhea apalagi. Masih melamunkan kecengan cinanya *dipeuncit*.
Dia sibuk ngotak-ngatik HP Nokia Touchscreennya, warna HP-nya asik punya, merah, aku hanya menatap mupeng dari kejauhan. Ngeliatin HP-nya loh bukan ngeliatin Fara-nya, hehe *hey, i'm still normal! :D*.
"Niiiiiiiiiih, liaaaaaaaaaatttttttttttt.....", masya ALLAH *lagi-lagi aku hanya bisa beristighfar dalam hati*, manteb abis dah tuh suaranya, menggaung sampai kaki-kaki langit!
Di HP-nya terpampang sesosok lelaki berkacamata, bertampang campuran antara arab dan eropa *maksudnya cha...?* Aku langsung berkomentar, "Yang kayak gitu mah di Jogja juga banyak!"
Dezigh! Ih waw, nohok banget ya Farrr, duh maap.. maap.. itu kan hanya opiniku. hehe.. "Ya beda lah chaaaa..", kata Fara masih membela sang lelaki gantengnya itu. "Iya.. iya dah.. di Jogja kan cowok pake kacamata juga banyak..", tukasku mengakhiri debat kusir.
Entah kenapa kalo ngeliat laki-laki ato perempuan pake kacamata aku selalu berpikiran, "Pasti orang jogja..", udah ter-setting secara otomatis dalam benakku, hehe..
"Tapi umurnya udah 20, cha...", wajahnya menunjukkan air muka yang kecewa.
"Oooo...", aku nanggepin biasa. Sebenernya pinginnya cuap-cuap "Pacaran tuh blahblahblahblah...", tapi yang ada ntar kena semprot. Slow but sure yang penting, haaaaaaaaaaaaaaah... *lelah aku melihat orang pacaran bertebaran di mana-mana *elap peluh* .
Krik krik krik krik....:D
Kita pun terdiam lagi, dilamunkan pikiran masing-masing...
"Aku malah nggak suka yang seumuran...", tukasku mengundang tatap 2 temanku itu. "Soalnya aku kan anak sulung, jadi pinginnya yang lebih tua, biar bisa ngimbang sifatnya, kalo laki-laki seumuran kita pan masih dibawah rata-rata dewasanya..", lanjutku lagi. Berusaha meralat (baca : Ngeles) .
"Aku juga sih... minimal 3 taun lebih tua...", kata Fara sepaham. "Yap, aku malah kalo bisa yang beda 5 taun ato lebih, hehe...", aku nyengir-nyengir kuda nggak karuan.
"Iiiih, gw malah gak mau yang lebih dari 3 taun... Pinginnya yang setaun aja...", Dhea yang dari tadi bengong kayak sapi ompong akhirnya angkat bicara juga. Fiuh, finally dheeee kau ngomong juga ....
Persepsi masyarakat kan kebanyakkan emang menganggap yang umurnya beda jauh tuh terasa gimanaaaa gitu. Padahal aku malah pingin jarak umurku dengan suamiku ntar agak jauh, biar ada panutan dewasa yang bisa ku contoh *hoho, ngomongku udah kayak udah tua ajeh :p*.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam aja ama Bunda Khodijah 15 tahun bedanya. Dengan bunda Aisyah apalagi itu. Tapi keluarganya bahagia, sakinah mawaddah warahmah. Hayooohhh....? mau ngomong apa ente coba..? :D
Pernah sharing juga dengan beberapa teman, setidaknya bukan aku duluan yang mancing pembicaraan, hehe, biasa lah, pikiran mereka masih berkisar PACARAN, bukan BERSUAMI atau MENIKAH, terpaut berapa jauh kah jarak di antara mereka? rata-rata menjawab setahun atau 2 tahun, malah banyak juga yang jawab seumuran.
Ketika bagianku ditanya, aku jabarkan pikiranku dan nyebutinnya SUAMI ya bukan PACAR, mereka langsung tertawa termehek-mehek *halah, ngeri*. Dan kerap kali kata, "Suka om-om ku terima..", well, aku ditanya kan? Ya ku jawab apa adanya :
"Yang penting bagaimana kita bisa saling mengisi, bukan saling menumpahkan. Bagaimana kita saling menyeimbangi, bukan saling memberatkan. Bagaimana kita saling menerima dengan penuh keikhlasan, bukan saling memaksa untuk suatu perubahan. Bagaimana kita saling berproses, bukan saling mengejar nilai akhir ".
Yang pasti kalau saya pribadi, Say no pacaran sebelum nikah sampai kapan pun! Karena sesuatu yang diharamkanNya pasti akan jatuh kepada sesuatu yang tidak baik. Dan aku nggak mau pacaran kelak bisa berdampak buruk kepada keluargaku kelak, bahkan sampai pada keturunan.. Wa iyadzubillah..
Soal umur mah, haa, manusia bisa berencana ALLAH jua lah yang menentukan semua taqdir hamba-hambaNya. Kholaaaasss. 50 ribu tahun sebelum penciptaan alam semesta. Jadi bukan berarti doyan daun tua, om-om, atau apa... Tapi aku butuh seseorang yang sudah jauh lebih dewasa, untuk membimbingku yang belum dewasa, menjadi semakin dewasa di sampingnya..
Andai pikiranku ini bisa ditransfer ke seluruh remaja Indonesia, alangkah bahagianya.. Well, setidaknya, aku menulis di note ini dunia sudah bisa melihatnya, walau hanya sekedar lirikan mata...


http://banypurnama.blogspot.com/2010/12/2010/12/cinta-dan-umur.html